Bisnis.com, JAKARTA — PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Menegaskan bahwa tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tidak berdampak pada pengembangan proyek infrastruktur dan keuangan perusahaan.
Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) Desi Arryani mengatakan bahwa perseroan tidak memiliki pinjaman dalam mata uang asing sehingga volatilitas nilai tukar saat ini tidak berdampak pada operasional dan bisnisnya.
“Alhamdulilah tidak ada dampaknya karena kami tidak memiliki pinjaman mata uang asing,” kata Desi usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa JSMR, Rabu (5/9/2018).
Desi menegaskan bahwa penerbitan global bond yang dilakukan perseroan sebagai sumber pendanaan sejumlah proyek jalan tol juga berdenominasi rupiah sehingga tidak terdampak dengan tren penguatan dolar AS.
“Bahkan, investor asing berani investasi di Jasa Marga mereka mengambil risiko perubahan currency. Di kami, global bond pun denominasinya rupiah. Jadi, tidak ada pinjaman dalam bentuk foreign currency karena biaya-biaya kami sepenuhnya rupiah,” jelasnya.
Pelemahan nilai tukar rupiah mencapai titik terendahnya sejak 1998 dengan hampir mencapai Rp15.000 per dolar AS.
Baca Juga
Guna menstabilkan nilai tukar, pemerintah telah berinisiatif untuk menyetop sementara sejumlah proyek infrastruktur yang diketahui mempunyai kandungan impor yang tinggi.
Sementara itu, tidak berdampaknya situasi saat ini dengan proyek infrastruktur yang dikerjakan JSMR membuat perseroan terus mengebut rencana penyelesaian sejumlah ruas tol sampai 4 bulan ke depan.
Sejumlah ruas yang tengah dikejar penyelesaiannya yaitu proyek jalan tol Batang—Semarang (yang saat ini konstruksinya sudah mencapai 86%), Salatiga—Kertosuro (78%), Sragen—Ngawi (76%), dan Wilangan—Kertosono (60%).
“Ada juga Pasuruan—Grati. Ruas-ruas tersebut bagian Trans-Jawa yang kami harapkan pada akhir tahun bisa selesai dan siap operasi,” ujar Desi.