Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IA-CEPA dan Kenaikan Harga Jagung Bisa Picu Lonjakan Impor Gandum RI, Kenapa?

Pakta kerja sama bilateral Indonesia-Australia Comprehensive Economics Patnership (IA-CEPA) berpeluang mengakibatkan lonjakan impor produk gandum pakan dari Negeri Kanguru ke Tanah Air.
Ilustrasi/Artisanfoodandlaw
Ilustrasi/Artisanfoodandlaw

Bisnis.com, JAKARTA — Pakta kerja sama bilateral Indonesia-Australia Comprehensive Economics Patnership (IA-CEPA) berpeluang mengakibatkan lonjakan impor produk gandum pakan dari Negeri Kanguru ke Tanah Air.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Welirang menyebutkan, dalam IA-CEPA terdapat kesepakatan pembebasan bea masuk bagi 500.000 ton produk gandum/tahun. Padahal, konsumsi gandum untuk industri cenderung stagnan pada tahun ini.

“Dalam kesepakatan IA-CEPA harus diatur, bagaimana ketentuan impornya [gandum]. Kalau untuk pakan, seharusnya gandumnya diberi warna berbeda dengan gandum industri,” ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (3/9/2018).

Pemberian warna berbeda tersebut dimaksudkan agar petugas Bea Cukai lebih mudah dalam membedakan kode harmonized system (HS) antara gandum pakan dengan gandum industri.  Sebab, kebutuhan antara gandum industri dan gandum pakan berbeda jauh.

Menurutnya, pada tahun ini konsumsi gandum nasional diperkirakan mencapai 11,8 juta ton, terdiri atas serapan untuk industri sebanyak 8 juta ton dan serapan untuk pakan ternak sejumlah 3,8 juta ton.

Dia memperkirakan, konsumsi gandum untuk pakan ternak akan naik lantaran para peternak mengalihkan campuran pakannya dari jagung menjadi gandum. Terlebih, sat ini pemerintah telah membatasi impor jagung dalam rangka mendukung swasembada pangan.

Di sisi lain, dia memprediksi, IA-CEPA akan memicu lonjakan impor gandum pakan tahunan dari Australia. Seperti diketahui, Australia merupakan negara asal impor gandum terbesar bagi RI.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun  lalu impor gandum dari Australia bernilai US$1,17 miliar. Sepanjang 2016, total impor gandum dari negara tersebut mencpaai US$1,12 miliar.

Ekonom CORE Mohammad Faisal menyebutkan, potensi lonjakan impor gandum dari Australia berpeluang terjadi mengingat murahnya harga gandum pakan dibandingkan dengan jagung dalam negeri membuat para peternak mengalihkannya ke produk impor tersebut.

“Maka dari itu, perlu dicermati pergeseran konsumsi gandum saat ini. Kelebihan pasokannya di sebelah mana,” katanya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper