Bisnis.com, JAKARTA--Produk abu soda atau soda ash dalam negeri dinilai bakal menaikkan daya saing produk kaca lembaran.
Soda ash merupakan garam natrium dari asam karbonat yang mudah larut dalam air dan banyak digunakan untuk beberapa sektor industri, seperti deterjen, kaca lembaran, dan aki.
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Kaltim Parna Industri (KPI) akan membangun pabrik abu soda atau soda ash pertama di Indonesia berkapasitas 300.000 ton per tahun dengan menggandeng PT Petrokimia Gresik dan satu perusahaan asing, yang memiliki teknologinya.
Baca Juga
Yustinus Gunawan, Ketua Asosiasi Kaca Lembaran Pengaman (AKLP), mengatakan produksi soda ash dalam negeri bakal menaikkan daya saing produk kaca lembaran sebagai salah satu industri yang menggunakannya.
"Asalkan mutu serta kestabilan pasokan soda ash terjaga sesuai permintaan, dan harga juga kompetitif, sudah pasti dapat menurunkan biaya sehingga daya saing meningkat," ujarnya belum lama ini.
Selama ini, produsen kaca mengimpor 100% abu soda karena belum ada produsen di dalam negeri. Oleh karena itu, pabrikan kaca diharuskan mengekspor produknya untuk mendapatkan valas yang digunakan untuk membeli soda ash.
Kaca lembaran yang diekspor saat ini sebanyak 30%--40% dari total kapasitas terpasang yang sebesar 1,225 juta ton. Selain itu, kaca lembaran harus diekspor supaya mencapai tingkat utilisasi semaksimal mungkin dan tungku tetap beroperasi penuh.
"Suhu tungku harus tetap dalam panas tinggi sekitar 1.650 derajat Celcius, non stop selama belasan tahun umur produksinya. Kalau panas turun maka struktur tungku yg terdiri dari batu tahan api akan runtuh," jelasnya.
Sebelumnya, Charles Simbolon, Presiden Direktur KPI, mengatakan rencana pembangunan pabrik soda ash pertama di Indonesia dilatarbelakangi oleh kebutuhan nasional yang telah mencapai lebih dari satu juta ton dan keseluruhannya masih dipenuhi oleh produk impor.
"Oleh karena itu, kami ingin membangun pabrik soda ash yang bisa memenuhi sekitar 30%--40% dari kebutuhan dalam negeri," ujar Charles.
Peletakkan batu pertama dari pabrik tersebut ditargetkan dapat dilakukan sebelum 2019. Charles menyebutkan modal yang ditanamkan untuk pendirian pabrik soda ash tersebut, lengkap dengan fasilitas pendukung seperti pergudangan dan pelabuhan, sekitar US$300 juta atau Rp4,5 triliun.
Dalam membangun pabrik ini, KNI menggandeng PT Petrokimia Gresik dan satu perusahaan asing, yang memiliki teknologinya. Adapun, KNI bakal menjadi pemegang saham mayoritas perusahaan JV tersebut.
Kemungkinan besar, pabrik ini akan dibangun di Gresik, Jawa Timur. Menurutnya, lokasi ini akan mengurangi biaya logistik bahan baku yang masih diimpor, yaitu garam industri yang sebagian besar dikirim dari Australia dan India.
"Kami bisa mengurangi biaya angkutannya dengan join kargo untuk masuk ke Indonesia," jelasnya.
Untuk bahan baku soda ash lainnya, yaitu CO2 dan amoniak akan dipasok oleh KPI. Lebih jauh, Charles juga menyebutkan, perusahaan juga akan diberikan insentif dari pemerintah karena menjadi pioneer. Insentif tersebut antara lain berupa kemudahan pinjaman dan pembatasan impor.