Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KRAS Incar Penjualan Naik 40% Tahun Ini

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. menargetkan dapat menjual 2,8 juta ton baja hingga akhir 2018.
Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi (tengah), bertukar naskah dengan Board Director Sango Corporation Hashiguchi Tomoya, disaksikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat penandatanganan kerja sama di Jakarta, Jumat (15/12)./JIBI-Dwi Prasetya
Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi (tengah), bertukar naskah dengan Board Director Sango Corporation Hashiguchi Tomoya, disaksikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat penandatanganan kerja sama di Jakarta, Jumat (15/12)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA--PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. menargetkan dapat menjual 2,8 juta ton baja hingga akhir 2018.

Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, Direktur Utama Krakatau Steel (KS) menuturkan target ini naik 40% dibandingkan target 2017. Pihaknya akan bekerja keras untuk merealisasikan target ini sehingga dinakhir tahun perusahaan dapat mencatatkan laba.

"Jika tahun ini laba, maka tahun-tahun mendatang lebih mudah menjaganya," kata Mas Wigrantoro di Jakarta, Kamis (23/8/2018).

Dia menyebutkan, hingga Semester I/2018 penjualan perusahaan telah tumbuh 25% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Berdasarkan data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) potensi permintaan baja di dalam negeri akan terus tumbuh. Diprediksi kebutuhan baja per kapita akan naik menjadi 84 kilogram per kapita di 2020 dari saat ini 65 kilogram per kapita.

"Sektor konstruksi ini menjadi sektor yang menjanjikan dengan adanya dominasi penggunaan produk baja di sektor ini sebesar 78%," katanya.

Sementara itu Direktur Marketing Krakatau Steel Purwono Widodo mengingatkan di tengah lonjakan permintaan baja di dalam negeri, terjadi peningkatan volume impor baja paduan dari China. Tercatat impor meningkat 59% sepanjang kuartal pertama 2018. Lonjakan impor ini menjadi tantangan bagi KS, karena produk baja China jauh lebih murah.

“Kami tidak masalah dengan gempuran impor yang terjadi, dalam beberapa hal Indonesia masih memerlukan produk baja impor, namun yang menjadi ancaman adalah produk impor yang masuk karena unfair trade dan kami berusaha memerangi hal tersebut saat ini,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper