Bisnis.com, JAKARTA -- Sebagian pengguna jasa kapal feri bakal menggunakan uang elektronik untuk membayar tiket mulai 15 Agustus. Ketentuan itu berlaku di Pelabuhan Merak, Bakauheni, Ketapang, dan Gilimanuk.
Metode pembayaran itu berlaku bagi pengguna jasa pejalan kaki, kendaraan roda dua, dan kendaraan roda 4 kecil (golongan IV). Adapun layanan uang elektronik yang dapat digunakan adalah Brizzi (BRI), Tap Cash (BNI), E-Money (Mandiri), dan BLink (BTN).
Direktur Komersial PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) M. Yusuf Hadi mengatakan penggunaan uang elektronik untuk pembelian tiket yang bekerja sama dengan empat bank BUMN merupakan dukungan terhadap gerakan nasional nontunai (cashless), selain bagian dari modernisasi industri penyeberangan.
"Salah satu kebutuhan mendasar bagi ASDP adalah digitalisasi proses bisnis hampir di semua lini, termasuk penjualan tiket. Tentu kita butuh dukungan teknologi informasi yang kuat dalam menghadapi disrupsi bisnis transportasi, khususnya transportasi darat dengan hadirnya transportasi online," katanya, Senin (13/8/2018).
Dia meyakini penerapan layanan cashless dapat meningkatkan kenyamanan pengguna jasa karena pembayaran akan lebih singkat dan transaksi lebih aman.
Hingga Juni 2018, jumlah penumpang pejalan kaki yang dilayani ASDP mencapai 3,5 juta orang, kendaraan roda dua 2,1 juta unit, dan kendaraan roda empat 1,1 juta unit.
Menurut Yusuf, penggunaan uang elektronik tidak hanya mempermudah pengguna jasa, melainkan juga pemangku kepentingan lain, seperti operator pelayaran, Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD), Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), nakhoda, dan perusahaan asuransi.
"Metode pembayaran ini diharapkan dapat meminimalkan potensi kebocoran pendapatan penyeberangan, keakurasian manifest, dan memudahkan pencatatan data transaksi keuangan menjadi lebih valid," tuturnya.
Sementara itu, berdasarkan data Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) per Juni 2018, jumlah uang elektronik yang beredar dari 4 bank anggota Himbara, yakni Bank Mandiri, BRI, BTN, dan BNI, mencapai 103,7 juta kartu, atau naik 92% dari angka periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan jumlah kepemilikan uang elektronik itu sejalan dengan pertumbuhan transaksi 240% ke posisi Rp9,4 triliun.
Baca Juga
“Frekuensi penggunaan juga melesat lebih dari tiga kali lipat dalam setahun terakhir atau mencapai 761 juta kali penggunaan karena makin banyaknya merchant atau mitra yang menerima uang elektronik sebagai alat pembayaran nontunai,” kata Sekretaris Himbara Budi Satria.
Transaksi uang elektronik dari Himbara juga didukung oleh electronic data capture (EDC) link yang memudahkan top up uang elektronik. Jumlah EDC link saat ini sekitar 35.000 unit dan diharapkan mencapai 200.000 unit pada akhir tahun.