Bisnis.com, JAKARTA – PT Chevron Indonesia Company Ltd. lebih memilih untuk melepas Wilayah Kerja Makassar Strait karena kurang ekonomis kalau dipisah dari proyek migas laut dalam (Indonesia deepwater development/IDD).
Kontraktor migas asal Amerika Serikat tersebut telah meminta kepada Pemerintah Indonesia agar pengembangan Blok Makassar Strait digabung dengan IDD agar lebih ekonomis. Namun, pemerintah meminta pengembangan blok lepas pantai di Selat Makassar itu dipisah dari IDD kendati lokasi kedua wilayah kerja itu berdekatan.
Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan wilayah kerja Makassar Strait dari proyek migas laut dalam. Pemerintah bakal melelang blok migas yang akan kontraknya akan berakhir pada 2020 tersebut.
Kepala Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengungkapkan bahwa sudah ada keputusan yang diambil oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk terminasi wilayah kerja (WK) Makassar Strait.
“Makassar Strait sudah diputuskan oleh Menteri ESDM [untuk] diterminasi, dikeluarkan juga dari IDD. Ini sebetulnya juga diinginkan oleh operator IDD, Chevron,” ujarnya, Rabu (11/7).
Dari hasil perhitungan Chevron, sambung Amien, nilai bersih saat ini atau net present value (NPV) tercatat negatif sehingga perusahaan asal Amerika Serikat itu tidak mengajukan perpanjangan. Apalagi, tidak ada tambahan persentase bagi hasil berdasarkan diskresi menteri.
Pasalnya, preferensi dari perusahaan itu yakni mengeluarkan WK Makassar Strait dari proyek IDD yang tengah dikembangkan. Tanpa menyebut angka detail, digabungkannya blok migas itu dalam IDD akan menyeret ke bawah keekonomisan proyek – terlihat dari NPV.
Seperti diketahui, selain WK Makassar Strait, proyek IDD yang dikembangkan Chevron juga mencakup WK Ganal dan WK Rapak. WK Ganal bakal terminasi pada 2027, sedangkan WK Rapak baru terminasi pada 2028. Kedua WK ini disebut memiliki NPV yang bagus.
Dengan dikeluarkannya WK Makassar Strait, Amien sudah mendapatkan komitmen dari Chevron terkait masih cepatnya pengerjaan proyek IDD sesuai rencana. Jadwal penyelesaian IDD diklaim tidak akan berpengaruh terhadap keputusan tersebut.
Sejalan dengan keputusan ini, pihak Chevron harus kembali mengajukan revisi proposal detail rencana pengembangan (plan of development/PoD) tanpa memasukkan pengembangan Lapangan Maha yang masuk dalam WK Makassar Strait.
Selain hanya memasukkan WK Ganal dan WK Rapak, revisi proposal juga dipastikan tidak akan mengubah desain yang sudah diajukan. Namun, dia belum bisa memastikan besaran biaya proyek setelah tidak ada penyambungan pipa ke Maha.
“Subsea-nya juga enggak dikembangkan. Nah jadi berapa [biayanya] masih dihitung, sedang dibahas,” imbuhnya.
Dalam catatan Bisnis, Chevron sebelumnya berupaya memangkas biaya pengembangan dan operasional IDD Gendalo—Gehem sekitar US$6 miliar dari proposal awal US$12,8 miliar. Selain struktur pembiayan, pemangkasan biaya disebut-sebut karena penerapan teknologi yang tepat.
Dalam data SKK Migas, proyek IDD dikelola oleh Chevron Makassar Ltd. bakal mulai beroperasi pada 2024 dan 2025. IDD Gendalo diperkirakan memiliki produksi sekitar 500 juta kaki kubik per hari (MMscfd), sedangkan Gehem memiliki produksi sebesar 420 MMscfd.
Senior Vice President Policy Gonverment and Public Affairs Chevron Yanto Sianipar belum bersedia memberikan penjelasan soal Makassar Strait.