Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Teh Harus Berani Ambil Segmen Menengah

Pelaku industri teh disarankan agar memiliki pasar yang jelas bila ingin terus dapat bertahan, setidaknya dalam kurun lima tahun ke depan.
Kebun teh./Antara
Kebun teh./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri teh disarankan agar memiliki pasar yang jelas bila ingin terus dapat bertahan, setidaknya dalam kurun lima tahun ke depan.

Pengamat Pertanian Bustanul Arifin mengatakan dia belum membuat proyeksi ke depan terhadap komoditas daun teh. Namun, bila dirunut lima tahun ke belakang perkebunan teh sudah kehilangan 2,5% luas arealnya dan produksinya pun sudah turun 2,7%. "[Bahkan produksi] pernah satu tahun turun 3%," katanya pada Bisnis pada Rabu (27/6/2018).

Meski begitu, Bustanul meyakini bahwa konsumsi diperkirakan meningkat meskipun produksi diperkirakan akan turun selama lima tahun ke depan. Terutama berkat produk RTD (ready-to-drink) tea yang diperkirakan produksinya akan naik.

Namun perlu digarisbawahi bahwa peningkatan RTD karena menggunakan bahan baku teh impor, yang umumnya berkualitas jelek.

Bustanul menyarankan, bila industri teh ingin kembali membaik atau setidaknya kembali masuk 10 komoditas unggulan maka pelaku usaha perlu lebih tegas dalam menyasar konsumen dibandingkan dengan kondisi saat ini yang pukul rata.

"Jadi, saran saya, industri teh Indonesia perlu lebih segmented, sasaran konsumennya jelas, tidak gebyah-uyah," katanya.

Menurut Bustanul, pelaku usaha harus berani mengambil konsumen yang berada di segmen kelas menengah untuk menawarkan produk bernilai tinggi (high-value products). Jenis teh yang dia maksud adalah Oolong tea, White tea dll. Sebagai catatan, jenis teh tersebut lebih sering diekspor ketimbang dipasarkan dalam negeri.

Selain itu, Indonesia tidak disarankan bermain di jenis bulk tea karena Bustanul menganggap produksi dalam negeri dapat kalah dengan produksi China.

"Bahan baku teh kita masih bagus. Jadi, policy-nya yang perlu lebih spesifik," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper