Bisnis.com, JAKARTA—Badan Pusat Statistik mencatat defisit neraca perdagangan sebesar US$1,52 miliar pada Mei 2018.
Pada Mei 2018, realisasi ekspor mencapai US$16,12 miliar. Namun, impornya tercatat lebih tinggi yakni menyentuh US$17,64 miliar.
“Faktor pendorongnya peningkatan impor khususnya barang konsumsi di bulan Ramadan dan antisipasi Lebaran, termasuk impor bahan pangan dan BBM,” kata Direktur Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal kepada Bisnis.com, Senin (25/6/2018).
Sementara itu ujarnya, peningkatan ekspor khususnya nonmigas tidak terlalu sebesar peningkatan impor.
“Dari hasil BPS hari ini, ternyata impor bahan bakar migas melebihi perkiraan saya, sehingga defisit perdagangannya tetap besar di angka US$1,5 miliar,” kata Faisal.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik mencatat defisit neraca perdagangan sebesar US$1,52 miliar pada Mei 2018.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto pada siang ini menyatakan, defisit tersebut dipicu oleh impor migas yang meningkat lebih tinggi, dipengaruhi oleh harga migas.