Bisnis.com, JAKARTA—Badan Pusat Statistik mencatat defisit neraca perdagangan sebesar US$1,52 miliar pada Mei 2018.
Pada Mei 2018, realisasi ekspor mencapai US$16,12 miliar. Namun, impornya tercatat lebih tinggi yakni menyentuh US$17,64 miliar.
“Dari sisi ekspor dampak perang dagang mulai dirasakan pada komoditas ekspor unggulan,” kata Peneliti Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kepada Bisnis.com, Senin (25/6/2018).
Bhima mengetakan, ekspor CPO minus 2,53% pada Mei 2018 dibanding bulan april. Disusul karet -3,57%. Padahal kedua komoditas tersebut berkontribusi sebesar 16,4% dari total ekspor non migas.
“Pemerintah kedepannya harus mencermati dampak lebih lanjut efek perang dagang, khususnya di sektor otomotif Eropa yang berpotensi gerus ekspor karet sebagai bahan baku komponen otomotif,” kata Bhima.
Dia mengemukakan exit strategy lain yang perlu dilakukan pemerintah adalah segera membuat pertemuan bilateral dengan AS, China, India dan negara Uni Eropa untuk memitigasi dampak perang dagang.
“Selain itu pemerintah dan pengusaha diharapkan mengambil sikap oportunistis untuk memanfaatkan celah perang dagang,” kata Bhima.