Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terlilit Utang, Department Store Sears Dapat Perpanjangan Waktu Pembayaran

Sears Holdings, pemilik department store Sears, mengklaim diberi tambahan waktu selama dua tahun untuk mengembalikan pinjaman mereka.
Sebuah sudut di dalam salah satu department store Sears di AS./Reuters
Sebuah sudut di dalam salah satu department store Sears di AS./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Sears Holdings, pemilik department store Sears, mengklaim diberi tambahan waktu selama dua tahun untuk mengembalikan pinjaman mereka.

Hal itu disampaikan dalam dokumen yang diserahkan ke Securities and Exchange Commission (SEC) AS. CNBC melaporkan Selasa (5/6/2018), perpanjangan waktu yang diberikan termasuk untuk pinjaman dari CEO dan pengelola dana investasi Sears Eddie Lampert.

Dalam dokumen yang diserahkan Senin (4/6), jaringan department store yang bermasalah ini mengatakan telah mengonsolidasikan tiga pinjaman, termasuk dua pinjaman real estat sekitar US$320 juta yang akan jatuh tempo pada Juli 2018. Adapun pinjaman konsolidasi baru akan jatuh tempo pada Juli 2020.

Sears mengaku memiliki sekitar US$779 juta yang akan jatuh tempo pada 2020, yang dijamin oleh 69 aset real estat milik perusahaan.

Upaya mendapatkan dispensasi atau penambahan tanggal jatuh tempo diklaim sebagai langkah proaktif Sears Holdings untuk terus bekerja dengan si peminjam dana, memperjelas struktur modal, dan meningkatkan fleksibilitas keuangan.

Pada pekan lalu, Sears mengumumkan rencananya menutup 72 toko di tengah penurunan penjualan dan menyusutnya perbandingan penjualan antar toko hingga 12%. Kompetisi ritel yang makin ketat, terutama dengan perkembangan e-commerce, menjadi salah satu penyebab.

Dilansir dari Reuters, Lampert menyampaikan Sears mesti menjual brand Kenmore milik mereka, serta bisnis home improvement dan real estat. Dia menerangkan ESL Investments Inc, perusahaan investasi miliknya, akan membelinya. 

Secara keseluruhan, Sears sudah menutup hampir 400 gerai sejak tahun lalu. Dengan demikian, hingga 5 Mei 2018, department store ini masih mengoperasikan 894 toko. 

Pada kuartal I/2018, perusahaan mengalami rugi bersih US$424 juta. Nilai jauh di bawah capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan laba bersih US$245 juta.

Namun, capaian tahun lalu turut dikontribusi oleh penjualan merek Craftsman senilai US$900 juta kepada Stanley Black & Decker Inc.

Adapun pendapatan kuartal I/2018 merosot 31,2% menjadi hanya US$2,89 miliar. Terpangkasnya penjualan sebagian disebabkan oleh penutupan toko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper