Bisnis.com, JAKARTA - Bantuan sebanyak 1.800 unit alat tangkap berupa bubu lipat tipe kotak disalurkan kepada nelayan rajungan di Betahwalang, Demak, Jawa Tengah, agar aktivitas penangkapan tetap memenuhi prinsip keberlanjutan.
Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja mengatakan aktivitas penangkapan rajungan perlu dilakukan secara ramah lingkungan. Rajungan merupakan hasil laut utama Kota Wali.
Dia menyebutkan 670 kapal di Betahwalang melakukan penangkapan rajungan. Harga rajungan yang ditangkap menggunakan bubu di Desa Betahwalang berkisar Rp75.000-Rp90.000 per kg.
“Agar rajungan tetap ada hingga anak cucu kita kelak, maka perlu dikelola dengan baik dengan tidak menangkap rajungan di bawah ukuran minimum dan bertelur,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (23/4/2018).
Nelayan di Desa Betahwalang sedang bekerja sama dengan mahasiswa dari Universitas Diponegoro untuk mendata hasil tangkapan serta membentuk daerah konservasi untuk keberlanjutan rajungan.
DJPT KKP telah membuat peraturan tentang rencana pengelolaan rajungan yang berkelanjutan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 70/KEPMEN-KP/2016 tentang Rencana Pengelolaan Perikanan Rajungan di Wilyah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI).
Dalam Kepmen itu, nelayan diminta untuk melakukan prinsip prinsip pengelolaan perikanan dengan pendekatan ecosystem approach to fisheries management (EAFM). Pendekatan ini dimaksudkan untuk menyeimbangkan tujuan sosial ekonomi dalam pengelolaan perikanan yang meliputi kesejahteraan nelayan dan keadilan pemanfaatan sumber daya ikan, dengan mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan ketidakpastian tentang komponen biotik, abiotik, manusia, dan interaksinya dalam ekosistem perairan melalui sebuah pengelolaan perikanan yang terpadu, komprehensif, dan berkelanjutan.
Lebih lanjut Sjarief mengatakan, potensi perikanan rajungan nasional paling besar terdapat di WPP 712 (perairan Laut Jawa), yakni mencapai 23.508 ton per tahun.
“Data statistik KKP menyebutkan rajungan berada dalam urutan ketiga komoditas ekspor produk perikanan setelah udang dan tuna/cakalang. Jumlahnya sekarang sudah banyak, saya harap nelayan bisa memanfaatkan ini dengan melakukan aktivitas penangkapan ikan yang ramah lingkungan,” tutur Sjarief.