Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, IMF, Christine Lagarde menyerukan agar ekonomi global menghindari pusaran proteksionisme yang dapat menenggelamkan momentum positif dalam pertumbuhan ekonomi global.
Lagarde menyampaikam dalam pidatonya di Hong Kong bahwa IMF masih optimistis dengan prospek pertumbuhan ekonomi global.
“Ya, gambaran pertumbuhan global masih cerah. Tapi kami melihat awan hitam mulai menghampiri,” kata Lagarde seperti dikutip Bloomberg, Selasa (12/4/2018).
Dia melanjutkan, perekonomian global masih mendapatkan momentum dari meningkatnya investasi, rebound sektor perdagangan, dan kondisi keuangan yang menguntungkan, sehingga telah meningkatkan pengeluaran korporasi dan rumah tangga.
Adapun IMF akan mengubah perkiraan pertumbuhan ekonomi globalnya pada 17 April 2018. Pada Januari, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global mencapai 3,9% pada tahun ini dan tahun depan.
Lagarde mengingatkan, sistem perdagangan global telah berhasil mengurangi kemiskinan, mengurangi biaya hidup, dan membuka lapangan pekerjaan berupah tinggi.
“Kini semua manfaat [dari sistem perdagangan global] itu berada dalam bahaya. Akibat yang bisa disebabkan oleh kegagalan kebijakan seperti ini tidak bisa ditoleransi,” imbuhnya.
Tanpa mengacu langsung kepada Amerika Serikat dan China, Lagarde menekankan restriksi impor dapat merugikan semua pihak, khususnya konsumen yang lemah.
Hambatan seperti itu, menurutnya, akan mengurangi peran esensial dari perdagangan sebagai pendorong produktivitas dan penyerapan teknologi baru.
Sementara itu, Lagarde menilai, risiko terbesar dari tensi perang dagang memang rendah untuk mempengaruhi tingkat pertumbuhan, namun dapat merusak selera dan keyakinan para investor.
“Kita harus sedikit lebih sensitif terhadap pembicaraan mengenai perang dagang. Ada ancaman yang saling berkaitan. Akan tetapi baru-baru ini telah ada keinginan untuk membuka perundingan dan kita harus mendukungnya karena itu merupakan kemajuan dari situasi sekarang ini. Jangan biarkan efek bola salju yang berujung pada konsekuensi signifikan terjadi,” katanya.
Lagarde setuju bahwa perselisihan AS dan China mengenai hak kekayaan intelektual harus diselesaikan di level multilateral.
“Meningkatkan perdagangan, mengurangi hambatan, dan mengubah situasi sekarang ini agar semua pihak dapat berkontribusi harus dilakukan secara kolektuf, bukannya lewat ancaman unilateral,” ujarnya.
Lagarde menilai praktik perdagangan yang tidak adil hanya memiliki dampak kecil untuk defisit perdagangan suatu negara secara keseluruhan.
“Ketidakseimbangan terjadi karena pengeluaran suatu negara lebih besar daripada pendapatannya,” kata Lagarde.
Oleh karena itu, Lagarde menjelaskan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ketidakseimbangan neraca perdagangan bukanlah dengan mengenakan tarif, tetapi menggunakan kebijakan yang dapat memperngaruhi perekonomian negara tersebut secara keseluruhan, seperti peralatan fiskal atau reformasi struktural.
Lagarde menyarankan agar AS mengurangi ketimpangan perdagangan globalnya dengan memperkecil defisit fiskal, sementara Jerman dapat lebih berkontribusi dengan memperbesar pengeluarannya.
Oleh karena itu, Lagarde mengajak agar negara-negara di dunia turut memperhatikan risiko fiskal dan keuangan mengingat utang publik dan privat level global telah menanjak hingga US$164 triliun.
“Pemerintah harus melakukan upaya lebih untuk pertumbuhan inklusif dengan mengurangi kesenjangan,” kata Lagarde.
Di dalam pidato yang dilangsungkan sebelum pertemuan tahunan 189 anggota IMF di Washington pekan depan, Lagarde juga menyinggung pernyataan Presiden China Xi Jinping yang ingin mengurangi hambatan dalam perbankan dan asuransi Negeri Panda sebagai upaya membuka perekonomiannya.
“Langkah itu merupakan kemajuan yang signifikan dan perlu diimplementasikan dalam beberapa bulan ke depan. Langkah itu juga tentu saja merupakan kemajuan dari situasi yang telah berkembang selama ini,” ujarnya,