Bisnis.com, NUSA DUA -- Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, menginisiasi pembentukan satuan tugas atau task force Infrastruktur Indonesia untuk Afrika.
Menko Maritim, Luhut B. Pandjaitan menyatakan Pemerintah Indonesia akan membentuk satgas dan akan mengunjungi beberapa negara di Afrika yang potensial di bidang infrastruktur dan kemaritiman.
Satgas tersebut akan berfungsi sebagai badan yang dapat memecahkan setiap masalah yang menghambat pembangunan dan juga dapat mendorong setiap potensi yang ada di sektor infrastruktur kemaritiman.
Badan itu beranggotakan wakil dari pemerintah, badan usaha milik negara, kalangan swasta dan perbankan nasional. "Saya kira dalam waktu tidak lama hal ini [pembentukan satgas] akan terealisasi," ujarnya di sela-sela Indonesia-Africa Forum 2018 di Nusa Dua, Bali, Selasa (10/4/2018).
Menko menegaskan pentingnya pembentukan task force to Africa untuk membantu memecahkan masalah seperti hambatan pembiayaan.
"Kami ingin semuanya mudah, regulasi akan kita adjust. Kita siapkan mekanisme pembiayaan. Yang penting berdasar kepada kepentingan bangsa, transparansi adalah mutlak. PT INKA akan ada proyek kereta di Afrika, begitu juga PT WIKA dan BUMN kontruksi lain bangun infrastruktur disana, PT PAL dan PT DI akan ekspansi ke sana, Standard Chartered dan Bank Exim pun akan kita libatkan," ungkap Menko Luhut.
Baca Juga
Negara-negara di Afrika yang dituju oleh berbagai proyek tersebut di antaranya, Senegal, Nigeria, Mozambik, Zambia, Aljazair, dan berbagai negara di Afrika lainnya.
Ajang IAF 2018 ini dimaksudkan untuk mempererat persahabatan dan peningkatan kerja sama Indonesia-Afrika, apalagi persahabatan sudah terjalin sejak diselenggarakannya Konfererensi Asia Afrika pada 1955.
Menko Luhut mengatakan Presiden juga meminta agar Indonesia mencari pangsa pasar baru dan berekspansi ke benua Afrika dengan asas saling menguntungkan. "Selama ini kita hanya mengandalkan pangsa pasar tradisional, misal di negara-negara di Asia, Eropa," ujar dia.
“Hubungan ini berjalan baik, walau masih baru tapi sudah hampir US$600 juta dealnya, pengembangan lain akan lebih besar ke depan. Dan mereka juga punya bahan-bahan yang kita butuhkan, misalnya kita kan mau bikin lithium battery, nah cobalt itu kita punya, tapi tidak cukup jumlahnya dan Afrika itu punya, dan kita mungkin akan impor dari mereka, jadi saling menguntungkan begitu.”