Bisnis.com, JAWA TENGAH - Tempe Echosari yang diproduksi oleh Rumah Tempe Srikandi Geneng, Klaten, Jawa Tengah, memiliki cara produksi yang revolusioner. Meski tak sepenuhnya baru, produksi tempe Echosari bisa jadi referensi untuk penghasil tempe di Indonesia.
Rumah Tempe Srikandi ini merupakan bagian dari program community development dari PT Sarihusada Generasi Mahardika yang memiliki pabrik pengolahan tak jauh dari desa Geneng. Pabrik tersebut diketahui merupakan salah satu pabrik terbesar yang ada di Asia Tenggara.
Program ini diharapkan dapat menghidupkan geliat ekonomi warga sekitar. Sejauh ini, setidaknya sudah ada belasan ibu rumah tangga yang bergabung dalam program ini. Mereka berkolaborasi dan bekerja bersama untuk melahirkan tempe dengan kualitas baik.
Ketua Rumah Tempe Srikadi Geneng Selly Marviana mengatakan bahwa ada beberapa tahapan proses produksi yang dilakukan dalam wamtu 4 hari. Pertama adalah pemilihan kedelai.
"Kedelai yang dipilih yang tidak ada kotorannya, kedelainya yang kita pilih bukan bunganya, setelah itu baru kita rendam selama 12 jam," imbuhnya.
Setelah melalui proses perendaman, kedelai direbus selama beberapa jam. Selanjutnya. Kedelai akan memasuki proses lanjutan selerti pencucian ulang, dan penggilingan, dan peragian. Semua proses itu dilakukan kurang lebih 4 hari.
"Karena prosesnya kita sangat higienis, jadi membutuhkan waktu yang lebih lama," ujarnya.
Dengan proses pengolahan seperti itu, tempe echosari terbukti dapat bertahan lebih lama. Selly mengatakan tempe echosari tidak akan membusuk hingga 3 hari. Sementara itu, jika ditaruh di dalam lemari es, tempe ini bisa bertahan hingga 7 hari.
"Di situlah keistimewaan tempe kami. higienis pasti karena semua sudah diolah dan diambil kotorannya, bahkan prosesnya pun kita tidak sembarangan, kita menggunakan masker, dan peralatan lainnya. Semua bahan juga sudah ari stainless steel. Penggilingan juga kami menggunakan alat khusus," katanya.
Selama kurang lebih satu tahun produksi, Rumah Tempe Srikandi Geneng relah menghasilkan kurang lebih 20ton. Sementar perharinya, mereka menghasilkan kurang lebih 20kg tempe dalam sehari. Satu pak tempe dijual dengan harga Rp3.000.
Saat ini mereka tengah menyiapkan rencana ekspansi pada tahun keduanya. Rio JP Purnomo, pendamping program Rumah Tempe Srikandi Geneng mengatakan bahwa program ini dicanangkan menjadi sarana pust pembelajaran masyarakat tentang tempe. Selain itu, dia juga tengah membantu memasarkan produk olahan tempe echosari ke hotel-hotel dan bandara.