Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia (ASPPHAMI) menaksir kerugian yang diakibatkan oleh hama rayap mencapai Rp2,8 triliun. Dengan begitu ada peluang untuk membuka usaha pengendalian hama rayap.
Ketua Umum ASPPHAMI Boyke Arie Pahlevi mengatakan aktivitas rayap sebagai hama, baik pada perumahan, bangunan gedung, perkebunan dan kehutanan telah menimbulkan kerugian ekonomis.
“Kami memperkirakan, kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh rayap secara nasional sebesar 2,8 triliun setiap tahunnya,” katanya Rabu (21/3).
Dia menjelaskan, kerugian tersebut disebabkan oleh iklim tropis yang hangat sepanjang tahun disertai kelembaban udara yang tinggi sekitar 70-90% dan tanah yang kaya akan bahan organik. Oleh sebab itu, hama rayap berpotensi merugikan.
Namun, alih-alih melihatnya sebagai bencana. Boyke justru menyebut hal itu sebagai peluang usaha pengendalian hama rayap.
Boyke juga mengungkapkan, sedikitnya ada 700 perusahaan lokal jasa pengendalian hama saat ini. Menurutnya, besarnya pasar pengendalian hama Indonesia tidak luput dari perhatian perusahaan asing untuk mengambil bagian.
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sulaeman Yusuf mengatakan bahwa bahaya serangan rayap berada di level menghawatirkan. Namun kesadaran masyarakat masih rendah.
“Masyarakat kita belum tumbuh kesadaran bagaimana cara mengendalikannya,” katanya.
Menurutnya, selama ini masyarakat masih berpikir mengganti bahan yang terserang dengan kayu baru atau mengganti dengan bahan metal yang memang tidak bisa dimakan rayap. Hal ini yang menyebabkan biaya kerugian akibat serangan hama rayap menjadi tinggi.
“Berbeda dengan situasi dan kondisi di asia pasifik seperti Jepang, Thailand, China, Hawaii dan pesisir barat Amerika, masyarakat di sana sudah sangat sadar akan bahaya rayap sehingga mereka sudah mempersiapkan dan berupaya melakukan pengendalian,” katanya.