Bisnis.com, JAKARTA--Tidak hanya membantu meringankan pembiayaan pemerintah, perbaikan rating utang Indonesia yang diberikan oleh beberapa lembaga pemeringkat internasional ternyata mendorong minat swasta melakukan refinancing utang.
Seperti diketahui, utang Luar Negeri (ULN) swasta per Januari 2018 tumbuh terkendali sebesar 6,8% menjadi US$174,2 miliar
Direktur Departemen Statistik Bank Indonesia Tutuk S.H. Cahyono mengatakan pihaknya mengamati peningkatan status utang pemerintah menjadi 'investment grade' memberikan dampak kepada sektor swasta di mana beban biaya penerbitan utang menjadi lebih rendah.
"Indikatornya beberapa perusahaan merilis corporate bonds itu untuk refinancing," kata Tutuk, Kamis (15/3/2018).
Swasta melakukan refinancing umumnya disebabkan bunga utang baru yang lebih murah dibandingkan bunga utang sebelumnya. Selain itu, peningkatan ULN swasta ini dapat dipicu oleh kegiatan pembiayaan impor korporasi untuk kegiatan produksi.
"Kalau belum dibayar, itu menjadi komponen utang luar negeri," tegasnya. Jika ditelisik berdasarkan instrumen ULN swasta per Februari, loan agreement meningkat cukup signifikan sebesar 1.1%, diikuti dengan surat utang dan C&Ds.
Berdasarkan krediturnya, ULN perusahaan nonafiliasi sebagai 65,9% dari total ULN swasta atau meningkat 0,3% pada Januari 2018. Sementara itu, pinjaman dari afiliasi mencatat pangsa sebesar 34,1% dan meningkat menjadi 1,6%.
Menurut sektor ekonomi, ULN swasta pada akhir Januari 2018 terkonsentrasi pada sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta pengadaan listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 72,2%.