Bisnis.com, JAKARTA -- Pertemuan antara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dengan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) merupakan tindak lanjut pertemuan kedua pihak di Davos, Swiss.
Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan dalam pertemuan tersebut, JBIC mengungkapkan keinginannya untuk terlibat dalam pendanaan alternatif atas proyek-proyek yang ada di Indonesia.
"Jadi, mereka itu coba membuat pendanaan alternatif untuk proyek-proyek di indonesia yang disebut seperti blended finance. Nanti Rabu (14/3/2018) kami lihat lagi," paparnya, Senin (12/3/2018).
Luhut mengatakan pertemuan tersebut hanya murni membahas soal pendanaan proyek tanpa menyinggung proyek kereta Jakarta-Surabaya.
"Kereta Jakarta-Surabaya enggak dibahas, tapi mereka mau lihat proyek-proyek mana saja yang bisa didanai oleh mereka. Jadi, bukan Government-to-Government (G2G) tapi Business-to-Business (B2B), sehingga tidak membebani rasio utang negara," terangnya.
Meski demikian Luhut tak menampik jika pendanaan JBIC juga akan menyasar proyek kereta yang menghubungkan dua kota terbesar Indonesia itu. Lebih jauh mengenai proyek ini, dia menyatakan feasibility study yang dilakukan sudah rampung sebagaimana dilaporkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Menko Maritim mengaku akan melihat hasil kajian tersebut dalam 1-2 hari ke depan.
Dalam kesempatan yang sama, pihak JBIC pun mengungkapkan ketertarikan mereka untuk terlibat dalam proyek kereta Jakarta-Surabaya. CEO, Executive Managing Director JBIC Tadashi Maeda mengatakan pihaknya tak hanya tertarik dalam hal pendanaan melainkan juga bagaimana membuat proyek tersebut lebih menarik bagi para investor.
"Enggak hanya soal pendanaan, tapi juga beberapa saran bagaimana kami bisa membuat proyek ini lebih menarik bagi calon investor dari swasta," ujarnya.
Selain kereta Jakarta-Surabaya, JBIC juga tertarik untuk terlibat di pendanaan sejumlah proyek infrastruktur termasuk transportasi, konektivitas, dan urban development.