Bisnis.com, DENPASAR—Pembangkit listrik tenaga surya hasik kerja sama PT Akuo Energy Indonesia dengan Perusahaan Daerah Bali diharapkan mampu menghasilkan listrik 50 MW mulai kuartal pertama 2020.
PLTS dengan investasi sekitar US$50 juta ini segera dibangun di atas lahan seluas 50 hektare. Lahan milik Pemprov Bali yang dikelola Perusda ini berlokasi di kawasan Sanghyang, Jembrana, Bali.
Manajer Proyek PT Akuo Anergi Indonesia untuk PLTS Sanghyang Askha Kusuma Putra mengatakan Maret 2018 ini dijadwalkan penandatanganan jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) dengan PLN, menindaklanjuti letter of intent (LOI) yang telah dilakukan pada Desemnber 2017 lalu di Paris, Prancis.
Askha mengatakan pihaknya terus melakukan kalkulasi dan pematangan harga sesuai peraturan pemerintah yakni harus lebih rendah dari biaya pokok penjualan pembangkitan listrik di Bali. Kata dia ini merupakan tantangan yang membuat Akuo melalukan berbagai inovasi dari sisi finansial agar harga layak dan memungkinkan.
“Kami berharap PPA seusai jadwal sehingga segera berlanjut ke tahap pembiayaan yang memerlukan waktu 8-10 bulan,” katanya kepada Bisnis, Senin (12/3/2018).
Menurut Askha seiring tahap pembiayaan ini dilakukan pula pengurusan amdal dan sejumlah perizinan lainnya, seperti mendirikan bangunan, HO dll. Setelah perizinan rampung akan dilanjutkan dengan prakonstruksi yang diperkirakan memakan waktu 10-12 bulan.
Baca Juga
”PLTS di atas lahan seluas 50 hektare ini termasuk skala besar, jadi untuk pembangunan konstruksi bisa memakan waktu maksimal setahun. Kami ditargetkan menghasilkan listrik di kuartal I tahun 2020,” katanya.
Askha menyebut yang menarik dari proyek independent power producers (IPP) dari Prancis ini adalah penerapan konsep ‘agriculture energy’ atau disebut ‘agrinergie’. Kelak di bawah panel surya akan dikembangkan budi daya sayur dan buah atau tanaman hortikultura lainnya.
Seperti telah diterapkan di Prancis, PLTS Sanghyang ini akan menghasilkan komoditas listrik dan pertanian. Komoditas listrik sesuai pertauran pemerintah harus dijual ke PLN, sedangkan hasil pertanian akan didistribusikan ke pasar bekerja sama dengan Perusda Bali.
Direktur Utama Perusda Bali Nyoman Baskara mengatakan antusias mengawal pembangunan pembangkit listrik yang menunjang program Pemprov Bali yakni menuju ‘green & clean province’. PLTS yang menerapkan konsep agrinergie ini akan jadi percontohan bagi pembangunan pembangkit listrik dengan energi baru terbarukan lainnya di Bali agar destinasi utama pariwisata ini kian ramah lingkungan.
Ia berharap progres pembangunan PLTS seuasi jadwal, dengan demikian prakonstruksi bisa segera berjalan dan Perusda mendapatkan dana kompensasi lahan agar bisa berkontribusi lebih terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Bali dan untuk pengembangan lini bisnis lainnya.
Baskara menjelaskan perusda telah menerima dua termin pembayaran dari Akuo senilai Rp1,8 miliar sebagai bukti keseriusan kerja sama proyek dirintis sekitar tiga tahun ini. “Kami juga memberlakukan dana keseriusan dengan pihak investor yang lain,” ujarnya.