Bisnis.com, JAKARTA -- Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang beranggotakan 57 negara, dinilai sebagai salah satu kekuatan ekonomi global yang menyodorkan berbagai peluang ekonomi yang perlu dimanfaatkan Indonesia.
"Dengan total pendapatan domestik bruto sekitar US$6,5 triliun pada 2016, OKI sangat potensial bagi diplomasi ekonomi bidang kesehatan," ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Febrian Ruddyard dalam keterangan resmi, Jumat (2/3/2018).
Sejalan dengan pandangan itu, dia mendorong pelaku usaha dan segenap unsur pemerintah untuk bersama merumuskan strategi yang tepat dalam memanfaatkan potensi ekonomi negara anggota OKI.
Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk memperjuangkan kepentingan ekonomi nasional di forum OKI, terutama dalam hal yang terkait dengan kesehatan. Sebagai contoh, hanya dua anggota OKI yang industri vaksinnya diakui WHO, yaitu Indonesia dan Iran.
Indonesia juga ditetapkan OKI sebagai Lead Country Coordinator Group untuk kerja sama obat-obatan, vaksin dan teknologi medis, serta sebagai centre of excellence untuk pengembangan vaksin dan bioteknologi.
Saat ini, Febrian mengakui tantangan pengembangan industri kesehatan tetap ada. Sebagai contoh, pasar alat kesehatan (alkes) nasional yang masih didominasi produk impor.
Tetapi, peluang pasar di luar negeri tetap perlu dipertimbangkan, terutama di negara atau kawasan di mana Indonesia memiliki citra baik.
Indonesia disebut sebagai negara dengan jejak politik yang baik di OKI, berkat keterlibatan dalam berbagai isu penting, seperti Palestina dan Rohingya.
“Namun, citra politik yang baik itu harus dapat ditransformasikan ke dalam aspek yang lebih luas, bidang ekonomi misalnya. Dunia usaha nasional perlu menjadikan citra positif Indonesia sebagai modal dalam pemasaran mereka," tambahnya.