Bisnis.com, JAKARTA - Sistem buka tutup penangkapan rajungan diyakini dapat memulihkan stok komoditas perikanan unggulan itu di alam.
Gagasan open-close system itu mengemuka dalam pertemuan koordinasi tentang perikanan rajungan di Indonesia di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Selasa (27/2/2018).
"Empat tahun lalu saya mengatakan kira-kira pemerintah bisa tidak membuat peraturan closing penangkapan dalam setahun untuk beberapa bulan. Dari 1997 sebagai pelaku, banyak sekali rajungan di pantai utara Jawa. Tapi sekarang minim. Kedua, tambah kecil," kata Anto, anggota Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI) asal Gresik, Jawa Timur.
Menurut dia, puncak musim rajungan saat ini hanya berjalan 3 pekan hingga 1 bulan, berbeda dengan dulu yang berlangsung 4-5 bulan. Penurunan stok di alam juga dapat ditengarai dari harga. Jika pada 1997 eksportir membeli rajungan dengan harga Rp8.000-Rp12.000 per kg, kini mereka harus menebus Rp85.000-Rp90.000 per kg.
"Kami sekarang sulit menentukan bulan apa musim rajungan dan bulan apa tidak musim," kata Anto.
Berdasarkan pengalaman pelaku usaha, masa rajungan memijah biasanya terjadi pada September-Oktober. Setelah itu, pada Desember-April, stok rajungan di alam biasanya melimpah. Anto berharap siklus itu bisa menjadi pertimbangan KKP untuk menerapkan sistem buka-tutup penangkapan rajungan dari alam.
Dirjen Perikanan Tangkap KKP Sjarief Widjaja mengatakan pemerintah akan mengkaji ide membuka keran penangkapan selama April-September. "Industri pengolahan mesti siapkan produksinya, siapkan stoknya. Selama enam bulan, mereka kumpulkan stok yang cukup.”