Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menyadari sektor manufaktur menjadi kunci penting guna memacu perekonomian nasional karena dinilai lebih produktif dan memberikan efek berantai yang luas. Hal tersebut kemudian menjadikan Indonesia sebagai basis produksi manufaktur terbesar di regional ASEAN.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan pengaruh besar manufaktur dalam menopang perekonomian juga dilakukan oleh beberapa negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Filipina.
“Jadi, kita telah menggeser dari commodity based menjadi manufactur based,” ujarnya dalam keterangan resmi Minggu (11/2/2018).
Menurut Airlangga, industri mampu meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, menyerap banyak tenaga kerja, menghasilkan devisa dari ekspor, serta penyumbang terbesar dari sisi pajak dan cukai.
“Jangan sampai kita terus mengekspor sumber daya alam mentah kita tanpa pengolahan,” tuturnya.
Sebagai informasi, pada sisi pertumbuhan manufacturing value added (MVA), Indonesia menempati posisi tertinggi di antara seluruh negara ASEAN. MVA Indonesia mampu mencapai level 4,84%, sedangkan dalam lingkup regional ASEAN sekitar 4,5%. Adapun pada tingkat global, Indonesia saat ini berada di peringkat ke-9.
“Ekonomi Indonesia berbeda dengan negara ASEAN yang lain, disebabkan sekarang Indonesia sudah masuk dalam one trillion dollar club,” jelasnya.
Untuk itu, tutur Airlangga, jajarannya mendorong sektor manufaktur di Tanah Air untuk memperkuat rantai pasok industri nasional agar lebih berdaya saing di tingkat domestik, regional, maupun global.
Upaya pemerintah saat ini yang ingin mentransformasi ekonomi agar fokus terhadap pengembangan industri pengolahan nonmigas mulai membuahkan hasil. Tercatat, produk industri manufaktur di Tanah Air membukukan kontribusi sebesar 75,6% dari total keseluruhan ekspor Indonesia yang dilempar ke pasar luar negeri sepanjang 2017.