Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi kembali menyalurkan bantuan untuk pengembangan budi daya Ikan Kerapu jenis Cantang dengan sistem keramba jaring apung, yang dikembangkan kelompok nelayan Pulau Bungin di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk barang seperti rumpon apung 2 unit, landasan apung 1 unit, alat pembersih jaring keramba (sprayer) 3 unit, lemari pendingin freezer 3 unit, jaring nilon besar 12 unit, dan jaring nilon kecil 12 unit. Semuanya kira-kira senilai Rp1,2 miliar.
Direktur Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar, Kemendes PDTT, Hasrul Edyar mengatakan proyek budi daya ikan kerapu di Pulau Bungin ini bisa menjadi proyek percontohan, karena tidak saja sukses dalam budi daya ikan kerapu, tetapi juga dapat menciptakan lapangan kerja baru.
"Diatas area keramba jaring apung, kini dibangun restoran-restoran untuk wisata kuliner. Pulau Bungin kini telah menjadi destinasi wisata kuliner favorit Sumbawa. Kreatifitas yang bagus,” katanya melalui siaran pers, Jumat (26/1/2017).
Pulau Bungin, Kabupaten Sumbawa, sejak dulu populer dijuluki ‘Pulau Terpadat di Dunia.’ Pulau seluas 8 hektare ini, dihuni lebih 4.000 penduduk. Sejak awal 2000-an, pemerintah setempat membuatkan jalan yang menghubungkan pulau ini dengan daratan, sehingga mengurangi isolasinya dari orang luar.
Program budidaya Ikan Kerapu di pulau ini dirintis sejak 2015, sebagai tawaran alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pulau Bungin selain bekerja sebagai nelayan tradisional.
Baca Juga
Saat itu, Kemendesa PDTT memodali kelompok nelayan setempat dengan sarana dan prasarana perikanan senilai Rp 2,2 miliar, berwujud alat-alat budidaya ikan kerapu. Terdiri 11 unit keramba jaring apung, 27.000 benih ikan, pakan ikan, dan satu unit perahu jungkung.
Ikan kerapu Cantang yang dibudidayakan ternyata cocok dengan perairan Pulau Bungin. Cepat besar, dan bisa dipanen usia 6 – 8 bulan. Dalam sekali panen, bisa menghasilkan ikan kerapu hingga 4 ton.
Area keramba jaring apung, kemudian disulap tidak sekedar menjadi area budidaya ikan kerapu saja, tetapi juga dimanfaatkan menjadi destinasi wisata kuliner seafood. Diatasnya dibangun restoran-restoran apung yang menyediakan menu-menu masakan laut.
Kawasan ini pun berhasil menjadi kawasan wisata yang menyediakan fasilitas pemancingan, snorkeling, keliling dengan perahu katamaran untuk melihat terumbu karang, dan kolam interaksi dengan ikan-ikan laut seperti hiu dan penyu.
Kreatifitas nelayan Pulau Bungin yang mengubah area karamba untuk budidaya ikan menjadi destinasi wisata kuliner itulah, yang mendorong Kemendesa menambah bantuan hibah Tahap II yang diberikan sekarang.
“Dengan alat pembersih keramba, diharapkan bisa digunakan untuk merawat lokasi sehingga akan selalu layak untuk dikunjungi wisatawan. Dengan bantuan landasan apung, itu bisa dimanfaatkan untuk menambah fasilitas restoran apung. Semoga bisa membantu tempat ini semakin berkembang, dan memberikan efek positif bagi pengembangan produk unggulan kawasan perdesaan (prukades) setempat maupun badan usaha milik desa di Sumbawa pada umumnya ” ujar Hasrul.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa Dirmawan mengatakan program hibah dari Kemendesa PDTT ini, juga dilaksanakan di 2 lokasi lain di Kabupaten Sumbawa, yakni di Desa Labuhan Bajo, Kecamatan Alas, dan di Desa Labuhan Jambu, Kecamatan Torano.
Program budidaya ikan kerapu serupa ini juga sedang dilaksanakan di kabupaten lain, seperti di Kabupaten Sula dan Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara; Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara; Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara; Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah; Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat; dan Kabupaten Rotedao, Nusa Tenggara Timur.