Bisnis.com, JAKARTA—Riset International Forum on Indonesian Development (Infid) menyebutkan kekayaan 1% penduduk di Indonesia setara dengan 45 kekayaan nasional dan ketimpangan kekayaan tersebut terus meningkat dalam lima tahun terakhir.
Siti Khoirun Ni’mah, Program Manager INFID mengatakan, selama lima tahun terakhir, kekayaan 50% penduduk di Indonesia terus turun dari 3,8% terhadap total kekayaan nasional menjadi 2,8%.
Sementara itu, lanjutnya, 1% penduduk terkaya memiliki 45% dari kekayaan nasional.
“Untuk itu, segenap upaya penurunan ketimpangan haruslah berkelanjutan. Salah satunya ketimpangan dalam mendapatkan akses atas pekerjaan yang layak,” katanya hari ini Selasa (22/1/2018).
Jika populasi penduduk di Tanah Air diasumsikan mencapai 261 juta (berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik), maka penduduk terkaya mencapai 261.000 pada 2017.
Menurut Siti, untuk memastikan ketimpangan menurun secara berkelanjutan memang bukanlah pekerjaan yangmudah, terutama dalam hal pekerjaan. Saat ini dunia menghadapi perubahan corak produksi yang berbasis pada kemajuan teknologi.
Perubahan yang disebut dengan Revolusi Industri Keempatakan menghasilkan jenis pekerjaan baru yang menuntut keterampilan dan keahlian tertentu.
“Perubahan teknologi di Revolusi Industri Keempat berpotensimeningkatkan ketimpangan terutama antara pekerja yang memiliki keahlian dengan yang tidak memiliki keahlian. Padahal 52% angkatan kerja yang ada saat ini berpendidikan SMP ke bawah,” tambahnya.
Maria Lauranti, Program Manager Perkumpulan Prakarsa menambahkan, temuan survei terhadap anak muda dan perempuan yang dilakukan di lima kabupaten/kota yaitu Malang,Bojonegoro, Wonosobo, Kulonprogo dan Yogyakarta menunjukkan hanya 20% responden yangpernah mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja.
Sementara itu, hanya 20% yang pernah mengikuti programmagang. Meskipun ilmu yang diterima di sekolah, perguruan tinggi, dan tempat magang serta latihan kerja dinilai oleh sebagian anak muda relevan dan memudahkan dalam mencari kerja.
“Namun 54% responden menyatakan ilmu tersebut tidak sesuai dengan lapangan pekerjaan yang tersedia,” katanya.