Bisnis.com, JAKARTA — Facebook Inc memperingatkan postingan di media sosial bukan sebagai gambaran demokrasi suatu negara.
Pembagian berita utama palsu atau menyesatkan tentang media sosial telah menjadi isu global, setelah tuduhan Rusia mencoba mempengaruhi suara di Amerika Serikat, Inggris dan Prancis.
"Saya harap bisa menjamin hal positif untuk memerangi yang negatif, tapi, saya tidak bisa," kata Manajer Produk Facebook, Samidh Chakrabarti, dalam sebuah tulisan dikutip dari Reuters, Senin (22/1/2018).
Chakrabarti menyatakan penyesalan Facebook mengenai Pilpres 2016, agen dari Rusia membuat 80.000 kiriman yang menjangkau 126 juta pengguna dalam dua tahun.
Facebook, kata dia, seharusnya berbuat lebih baik. Mereka berusaha memperbaikinya dengan menon-aktif-kan akun yang dicurigai menampilkan iklan Pemilu ke pengguna dan meminta mereka yang memuat iklan Pemilu untuk mengonfirmasi identitas mereka.
Facebook menurut Chakrabarti berkontribusi dalam demokrasi seperti meminta rakyat Amerika untuk memberikan suara.
Sunstein, seorang profesor hukum dan konsultan Facebook yang juga bekerja di pemerintahan mantan Presiden A.S. Barack Obama mengatakan, media sosial adalah sebuah karya yang sedang berjalan. Perusahaan perlu bereksperimen dengan perubahan untuk diperbaiki.