Bisnis.com, SRAGEN—Produsen pupuk PT Petrokimia Gresik menggandeng Kodim 0725/Sragen untuk ikut mewaspadai dan mengawasi peredaran pupuk “abal-abal” yang kemasannya menyerupai produk pupuk milik PT Petrokimia Gresik.
Permintaan itu dicetuskan dalam sosialisasi pemupukan berimbang dan pengetahuan produk (product knowledge) di halaman Makodim 0725/Sragen, Selasa (16/1/2018), 325 orang prajurit TNI dari unsur bintara pembina desa (babinsa), komandan koramil (danramil) dan perwira staf Kodim 0725/Sragen belajar metode pemupukan berimbang dan pengetahuan produk pupuk bersama produsen pupuk PT Petrokimia Gresik.
Kabag Promosi PT Petrokimia Gresik Junianto Simaremare menjelaskan belakangan banyak kasus ditemukan adanya pupuk yang meniru produk perseroan dengan kemasan dan simbol yang mirip, seperti Phoska, Booska, Poskah, dan Niphoska yang mirip dengan produk Phonska milik Petrokimia Gresik.
“Selain itu, ada pupuk SP-3,6 yang mirip dengan pupuk SP36 buatan kami. Kami minta para TNI ikut mewaspadai adanya pupuk yang meniru-niru produk kami karena jelas merugikan Petrokimia Gresik,” ujarnya.
Dalam waktu dekat, Junianto segera menyosialisasikan hal ini kepada para pengecer pupuk supaya bisa membedakan pupuk resmi buatan Petrokimia Gresik dan pupuk yang tidak resmi.
Di sisi lain, seorang anggota TNI dari Koramil Sukodono, Ahmad Agus, melihat alokasi pupuk bersubsidi tidak sesuai dengan kebutuhan petani maka para petani banyak yang membeli pupuk non subsidi.
Pertanyaan itu dijawab Kasi Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian Mochtar Arifin. Dia menyampaikan alokasi pupuk bersubsidi yang diberikan pemerintah selalu lebih rendah dari kebutuhan pupuk petani yang tercantum dalam rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) yang dibuat petani. Hal itu terjadi, kata dia, karena keterbatasan anggaran.
PUPUK BERIMBANG
Sementara itu, Junianto memaparkan metode pengolahan lahan dan tanaman di Jawa dan luar Jawa berbeda karena ada perbedaan sifat tanah. Dia menyebut ada tiga sifat tanah, yakni sifat fisik terkait dengan struktur tanah; sifat biologis terkait dengan kandungan mikroorganisme dalam tanah; dan sifat kimia yang berupa unsur hara tanah.
“Kalau dulu hanya kenal urea, sekarang ada banyak macamnya, seperti SP36, ZA, dan NPK. Sebenarnya tidak ada kasus tanaman sampai kelebihan urea tetapi sebenarnya yang terjadi tanaman tidak mendapatkan pemupukan secara berimbang. Jadi konsepnya, pemupukan berimbang itu pemberian pupuk yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman,” ujar Junianto.
Untuk memenuhi kebutuhan tanaman, kata dia, maka harus mengetahui kandungan hara pada pupuk, yakni nitrogen (N) membuat tanaman lebih hijau, fosfor (P) memacu pertumbuhan akar, Kalium (K) membantu tanaman lebih kokoh dan tegak, dan sulfur (S) menambah aroma hasil panennya.
Unsur N bisa ditemukan di urea, unsur P ada di SP36, dan unsur kalium ada di KCL. Ketiga unsur itu, kata dia, ada semua dan perbandingan yang proporsional pada pupuk majemuk NPK Phonska.