Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian berupaya meningkatkan kapasitas produksi mainan anak dengan mengajak investor China untuk masuk ke dalam negeri.
Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan bahwa impor mainan anak saat ini semakin tinggi. Pada tahun lalu, impor mainan anak naik lebih dari 20% secara tahunan.
"Untuk industri mainan yang ada perusahaan asal Amerika Serikat, China belum. Jadi, kami ajak beberapa perusahaan mainan di sana untuk kerja sama dengan perusahaan nasional," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (4/1/2017).
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), impor mainan sepanjang Januari—Oktober 2017 tercatat US$239,94 juta atau naik 49,70% secara tahunan dari US$160,24 juta. Dari sisi volume, impor mainan tumbuh 25,26% secara tahunan dari 44.766 ton menjadi 56.076 ton.
Para investor asal China tersebut diharapkan bersedia bekerja sama dengan membentuk perusahaan patungan dengan mitra perusahaan lokal.
Menurut Achmad, banyak pabrikan mainan nasional yang skala produksinya masih kecil sehingga dengan adanya kerja sama tersebut dapat lebih berkembang.
Baca Juga
"Apalagi, produsen mainan China teknologinya sudah maju. Drone di sana sudah menjadi mainan untuk anak-anak," jelas Sigit.
Selain kapasitas produksi yang masih bisa ditingkatkan, Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) melihat angka kelahiran yang mencapai 4,50 juta per tahun juga menjadi potensi bisnis mainan di Indonesia.
Ketua AMI Sutjiadi Lukas menuturkan bahwa produk mainan impor masih mendominasi pasar dengan porsi sebesar 60%—65%.
Oleh karena itu, asosiasi berharap supaya pemerintah dapat membantu investor untuk menanamkan modal mereka, salah satunya dengan kemudahan perizinan berusaha.
"Kami juga berharap pemerintah bisa memberi pelatihan kepada tenaga kerja di sektor industri mainan," katanya.