Bisnis.com, JAKARTA — Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia atau BNP2TKI akan memaksimalkan potensi penempatan pekerja migran di Asia Pasifik untuk menggenjot jumlah pekerja formal pada masa mendatang.
Pasalnya, permintaan pekerja migran asal Indonesia di kawasan tersebut terus mencatatkan kenaikan, terutama di sejumlah profesi antara lain perawat, pengasuh lanjut usia (lansia), anak buah kapal, dan pekerja konstruksi.
“Kita mengenal potensi dominan pekerja migran Indonesia di luar negeri yakni perawat, pengasuh lansia, pekerja di sektor pariwisata, dan konstruksi. Belakangan ini, kawasan Asia Pasifik menunjukkan permintaan yang cukup tinggi,” kata Direktur Penempatan BNP2TKI Teguh Hendro Cahyono kepada Bisnis, belum lama ini.
Data penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI) BNP2TKI menunjukkan jumlah TKI yang bekerja di luar negeri mencapai 238.467 orang sepanjang Januari—November 2017. Dari jumlah tersebut, sekitar 81.702 bekerja di Malaysia, lalu 59.026 di Taiwan, 58.751 di Hong Kong, 12.205 di Singapura, dan Arab Saudi sebanyak 5.980 orang pada periode yang sama.
Dari segi jabatan, pembantu rumah tangga masih mendominasi hingga 34%, diikuti oleh profesi pengasuh lansia dengan kontribusi 17%, operator 12,24%, pekerja perkebunan 10,1%, dan pekerja umum 9,70%.
Sayangnya, beberapa negara, salah satunya Jepang, belum membuka pasar kerjanya secara maksimal bagi pekerja dari luar negeri. Saat ini, pengiriman pekerja migran dengan profesi perawat dan pengasuh lansia dilaksanakan melalui Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement (EPA).
Baca Juga
Per 2017, pengiriman perawat dan pengasuh lansia ke Jepang meningkat 16,10% (secara tahunan) menjadi 324 orang dengan perincian 29 perawat dan 295 pengasuh lansia.
Sepanjang 2008—2016, setidaknya Pemerintah Jepang telah memberangkatkan perawat dan pengasuh lansia sebanyak 1.792 orang ke negaranya.
Tak hanya Jepang, pengiriman perawat dan pengasuh lansia juga dilakukan ke Taiwan melalui skema government to private (g-to-p).
Sepanjang 2012—2016, BNP2TKI mencatat kesehatan masuk sebagai sektor prioritas penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI), selain manufaktur dan pariwisata. Penempatan TKI di sektor kesehatan selama 3 tahun terakhir mencapai 114.773.
“Harus kami akui para calon pekerja migran Indonesia kalah bersaing dengan pekerja migran dari negara lain karena penguasaan bahasa Inggris. Untuk itu, kami akan terus melakukan peningkatan kapasitas melalui beragam program pelatihan,” ujarnya.