Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mengingatkan kepada para calon PMI yang mengikuti Preliminary Education (Prelim) bahwa mereka akan mengemban tugas sebagai duta bangsa.
Dalam Prelim bagi para Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) program Government to Government (G to G) Korea Selatan sektor Perikanan dan Manufaktur, Kepala BP2MI Benny Rhamdani menyampaikan bahwa melalui tugas PMI tersebut dapat memperkuat ekonomi pariwisata Indonesia.
Benny mengingatkan, kelak di negara penempatan, CPMI akan memainkan peran sebagai duta bangsa yang akan memperkenalkan keanekaragaman Indonesia di mata dunia. PMI nantinya dapat menceritakan kepada majikan dan masyarakat di negara penempatan tentang keindahan dan kekayaan wisata yang dimiliki Indonesia
“Dengan begitu mereka akan tertarik untuk datang berkunjung ke Indonesia yang otomatis memperkuat ekonomi pariwisata kita. Bantu kami untuk berperan sebagai duta bangsa di negara Penempatan, dan apapun yang terjadi kita tetap Indonesia,” jelas Benny dikutip dalam keterangan resmi BP2MI, Rabu (11/5/2022).
Setelah sempat vakum dan jumlah penempatan PMI turun drastis selama pandemi Covid-19, Benny yakin tahun ini dapat memaksimalkan penempatan PMI di tahun ini, terutama yang sudah tertunda keberangkatannya.
Data BP2MI mencatat pada 2019 jumlah penempatan PMI melalui program G to G Korea Selatan sebanyak 6.192 orang. Pada 2020 turun drastis hanya 640 penempatan, dan pada 2021 sebanyak 174 orang.
Baca Juga
Prelim yang dihelat di Kinasih Resort, Depok, Jawa Barat tersebut diikuti oleh 384 orang CPMI, dengan rincian 372 orang CPMI pria dan 8 orang CPMI wanita. Selain di Depok, Jawa Barat, BP2MI juga mengadakan Prelim serentak untuk program ini di tiga kota lainnya, yaitu Cirebon, Yogyakarta, dan Semarang dengan total sebanyak 1.231 CPMI.
Pada 10 Mei 2022, BP2MI juga melepas keberangkatan 55 PMI sektor manufaktur ke Korea Selatan. “Dua tahun sektor penempatan PMI vakum. Saya tegaskan kembali, hal ini bukan keinginan pemerintah, karena negara jelas diuntungkan dengan penempatan PMI. PMI menyumbang devisa Rp159,6 triliun per tahun, dengan kata lain tanpa PMI negara akan kolaps,” ungkap Benny.
Melalui kehadiran PMI di negara penempatan pun nantinya selain terus menjadi pahlawan devisa, juga mendatangkan para wisatawan sehingga turut membantu dalam pemulihan pariwisata Indonesia.
Benny menambahkan untuk memotong rantai birokrasi proses penempatan, BP2MI telah melakukan terobosan dengan menggabungkan proses pembekalan dan pemberkasan dalam satu rangkaian.
“BP2MI di bawah kepemimpinan saya berkomitmen untuk meninggalkan budaya-budaya lama khas orde baru yang destruktif dan cenderung berbelit-belit. Mengapa para PMI harus bolak balik dari kampung halamannya untuk mengikuti Prelim dan pemberkasan secara terpisah. Saya perintahkan kepada jajaran saya untuk menyatukan proses tersebut, karena rakyat butuh pelayanan yang cepat dan mudah. Saya perintahkan jajaran untuk kerja berlari bukan berjalan, dan jika tidak bisa mengikuti ritme kerja saya, siap-siap untuk tertinggal di belakang,” tegas Benny.