Bisnis.com, JAKARTA – Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (Ditjen Binapenta & PKK) Kementerian Ketenagakerjaan melaporkan minimnya pengaduan dari pekerja migran Indonesia (PMI) sektor tenaga kesehatan.
Direktur Bina Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Kementerian Ketenagakerjaan Rendra Setiawan menyampaikan pengaduan terhadap tenaga kesehatan (nakes) asal Indonesia sangat minim. Kondisi ini sangat berbeda dibandingkan pekerja migran di sektor lainnya.
“Selama ini kalau pengaduan untuk nakes belum terjadi, tidak seperti pekerja di jabatan lain seperti abk [anak buah kapal], pekerja kebun, pembantu rumah tangga. Pernah kita terima laporan itu dari Kuwait, karena bermasalah terkait sertifikat kompetensi,” ujar Rendra, Kamis (21/4/2022).
Rendra menambahkan bahwa tidak ada pengaduan dari nakes terkait pelanggaran hak bagi pekerja di negara penempatan.
“Selama ini belum pernah menemukan hal-hal yang memang bisa jadi pelanggaran terhadap hak-hak pekerja migran,” lanjut Rendra.
Menurut dia, nakes dari Indonesia seperti perawat banyak disukai oleh negara luar karena sifat orang Indonesia yang terkenal ramah, ulet, serta dapat memenuhi kompetensi kerja dan bahasa dengan baik.
Baca Juga
Berdasarkan data dari Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), secara umum pada periode Maret 2022 sebanyak 177 pengaduan yang masuk. Jumlah pengaduan tersebut relatif lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sejumlah 155.
Malaysia menjadi negara penempatan pertama dengan tingkat pengaduan tertinggi sebesar 35 persen atau 61 pengaduan, diikuti Arab Saudi, Taiwan, Jepang, dan Polandia. Sementara kasus tertinggi yang dilaporkan yaitu ilegal rekrut calon PMI.
Lebih lanjut, Rendra meminta para Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) untuk giat membuka pasar kerja baru untuk nakes, baik di Eropa, Timur Tengah, maupun Asia Pasifik.
“Data yang kami catat ke Jepang itu nomor satu, kita rutin kalau ke Jepang, bisa satu tahun tiga kali penempatan. Nomor dua ke Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Kuwait, dan Abu Dhabi. Kalau ke Jepang ini penempatannya oleh BP2MI, kalau di Timur Tengah itu P3MI,” jelas Rendra.
Saat ini, Jerman tengah meminta nakes sebanyak 300 orang. Rendra menambahkan sudah banyak P3MI yang menempatkan nakes ke seluruh dunia. Pemerintah tidak bergantung negara mana yang jadi tujuan utama, tetapi mengejar semua peluang yang ada.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mengatakan bahwa jumlah anggota per April 2022 sebanyak 744.560 orang. Ketua DPP PPNI Harif Fadhillah melihat bahwa jumlah perawat Indonesia sebenarnya lebih banyak dari angka tersebut.
Sementara itu, meski banyak nakes yang ditempatkan di luar negeri, menurut Harif, masih banyak nakes yang bekerja di Puskesmas yang belum memiliki standar memadai terutama di daerah terpencil.
Satu suara dengan Rendra, Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (Apjati) Ayub Basalamah juga mengatakan bahwa minim sekali tingkat pengaduan oleh nakes di negara penempatan.
“Nakes minim pengaduan, gaji bagus, mereka malah sering dapat pujian. Kalau ada pun waktu itu karena tidak betah, tidak ada masalah,” ungkap Ayub, Kamis (21/4/2022).
Asosiasi yang mendapatkan mandat dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia terkait pengurusan PMI tersebut telah banyak menempatkan PMI ke luar negeri termasuk tenaga perawat. Ayub melihat prospek bagus untuk nakes di luar negeri.
Di samping hal tersebut, Ayub berharap kepada pemerintah untuk dapat lebih memperhatikan PMI dan mendorong dalam mencari pasar untuk meningkatkan penempatan.
“Saya melihat negara lain seperti Filipina dan Bangladesh kedutaan besarnya itu menjadi salah satu sektor yang mencari, saya berharap kedutaan kita bisa membantu dalam mencarikan peluang kerja, baik itu perawat dan pekerja formal lainnya,” harap Ayub.