Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ICP Naik ke US$59,34 per Barel

Rerata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian crude price/ICP) pada November 2017 menyentuh angka US$59,34 per barel atau naik US$5,33 per barel dibandingkan dengan bulan sebelumnya US$54,02 per barel.
Sebuah soket pompa yang pernah digunakan untuk membantu mengangkat minyak mentah dari sumur Eagle Ford Shale, Dewitt County, Texas, Amerika Serikat./Reuters
Sebuah soket pompa yang pernah digunakan untuk membantu mengangkat minyak mentah dari sumur Eagle Ford Shale, Dewitt County, Texas, Amerika Serikat./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Rerata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian crude price/ICP) pada November 2017 menyentuh angka US$59,34 per barel atau naik US$5,33 per barel dibandingkan dengan bulan sebelumnya US$54,02 per barel.

Capaian ini merupakan yang tertinggi sepanjang 2017. Rincinya, ICP periode Oktober berada di US$54,02 per barel atau lebih tinggi dari rata-rata pada September yakni US$52,47 per barel.

Sejak awal tahun, ICP berada di kisaran US$43 hingga US$51 per barel. Pada Januari, US$51,88 per barel. Kemudian, Februari US$52,5 per barel, Maret turun menjadi US$48,71 per barel, April US$49,56 per barel, Mei US$47,09 per barel dan Juni US$43,66 per barel.

Di medio 2017, harga minyak masih di kisaran US$40 per barel dengan US$45,48 per barel di Juli 2017 dan Agustus sebesar US$48,43 per barel.

Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kamis (6/12/2017), untuk ICP jenis SLC, sebesar US$59,83 per barel atau naik US$5,12 per barel dari semula US$54,71 per barel pada periode sebelumnya.

Naiknya harga minyak mentah Indonesia didasarkan beberapa alasan. Pertama, naiknya harga minyak acuan. Untuk Dated Brent naik sebesar US$5,26 per barel dari US$57,36 per barel menjadi US$62,62 per barel.

Kemudian, Brent (ICE) naik US$5,22 dari semula US$57,65 per barel menjadi US$62,87 per barel. Lalu, WTI (Nymex) naik US$5,07 dari US$51,59 per barel menjadi US$56,66.per barel. Terakhir, Basket OPEC naik sebesar US$5,24 dari US$55,50 per barel menjadi US$60,74 per barel.

Kedua, harga minyak kali ini naik sejak negara-negara anggota organisasi pengekspor minyak (organization of the petroleum exporting countries/OPEC) memperpanjang kesepakatan pemangkasan produksi sepanjang 2018 melalui rapat umum pada 30 November 2017.

Ketiga, dari publikasi OPEC pada November 2017, produksi minyak mentah anggota OPEC pada Oktober turun 0,15 juta barel per hari (bph) menjadi 32,59 juta bph dari 32,47 juta bph. Laporan pun mencatat proyeksi permintaan minyak mentah global tahun 2017 yang naik 0,14 juta bph menjadi 96,94 juta bph dari proyeksi Oktober sebesar 96,8 juta bph.

Dari sisi jumlah rig yang beroperasi di Amerika Serikat, pada November, jumlah rig turun dari 939 unit menjadi 898 unit. Lalu, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia ada 2017 naiks ebesar 0,1% pada proyeksi periode November menjadi 3,7% dari proyeksi periode sebelumnya sebesar 3,6%.

Keempat, mengacu pada publikasi International Energy Agency (IEA) pada November 2017 sampai pekan keempat mengalami penurunan dibandingkan pada Oktober 2017. Dari sisi stok minyak mentah komersial turun 1,2 juta barel menjadi 453,7 juta barel. Dari negara-negara non-OPEC, komitmen membataso produksi mencapai 107% selama Oktober 2017.

Kelima, merujuk pada laporan Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat, tingkat stok minyak mentah komersial dan distillate fuel oil Amerika Serikat sampai pekan keempat November 2017. Untuk stok minyak mentah komersial turun 1,2 juta barel menjai 453,7 juta barel. Sementara itu, untuk stok distillate fuel oil turun 1,1 juta barel menjadi 127,8 juta barel.

Keenam, terganggunya pengaliran minyak melalui pipa dari Kanada menuju Amerika Serikat sebesar 560.000 bph sehingga harus dilakukan partial shut down akibat kebocoran pipa. Dengan demikian, volume minyak yang disuplai dari Kanada ke Amerika Serikat sampai akhir November 2017 hanya mencapai 15% dari volume normal. Gangguan ini, masih berlangsung dan belum bisa dipastikan hingga kapan.

Ketujuh, khusus kawasan Asia Pasifik, naiknya harga minyak mentah juga dipengaruhi meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah antara Arab Saudi dan Iran. Selain itu, juga terdapat ketidakstabilan politik dalam negeri di Arab Saudi.

Terakhir, Arab Saudi mengurangi ekspor minyak mentah hingga sebesar 120.000 barel dibandingkan ekspor pada Oktober 2017 dan gempa bumi yang terjadi di Iran dan Irak pada 12 November 2017 sehingga produksi minyak mentah dari kedua negara itu terganggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper