Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

S&P Pangkas Peringkat Utang, Begini Respons Kemenkeu China

China menampik penurunan peringkat kredit oleh lembaga pemeringkat S&P. Keputusan tersebut dinilai salah serta mengabaikan fundamental ekonomi dan potensi pembangunan yang baik.
Presiden China Xi Jinping berjabat tangan dengan Presiden AS Donald Trump (paling kanan). Ikut mendamping Ibu Negara China Peng Liyuan saat makan malam pada awal pertemuan puncak 6-7 April 2017 di  Florida./.Reuters
Presiden China Xi Jinping berjabat tangan dengan Presiden AS Donald Trump (paling kanan). Ikut mendamping Ibu Negara China Peng Liyuan saat makan malam pada awal pertemuan puncak 6-7 April 2017 di Florida./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – China menampik penurunan peringkat kredit oleh lembaga pemeringkat S&P. Keputusan tersebut dinilai salah, serta mengabaikan fundamental ekonomi dan potensi pembangunan yang baik.

Dalam pernyataan yang dirilis hari ini, Jumat (22/9/2017), Kementerian Keuangan China menerangkan bahwa pemerintah sepenuhnya mampu menjaga stabilitas keuangan jika tetap berhati-hati dalam memberikan pinjaman, memperkuat pengawasan, dan mengendalikan risiko kredit.

“Keputusan itu ‘membingungkan’ karena ekonomi berada pada pijakan yang kokoh,” jelas pihak kementerian, seperti dikutip dari Bloomberg.

“China dapat mempertahankan pertumbuhan kredit yang wajar, dan S&P juga mengabaikan karakteristik struktur pembiayaan negara tersebut,” lanjutnya.

Berdasarkan UU Anggaran, utang sarana pembiayaan pemerintah daerah harus dibayarkan oleh perusahaan milik negara itu sendiri dan pemerintah daerah tidak menanggung kewajibannya.

Seperti diketahui, Standard & Poor's (S&P) menurunkan peringkat kredit China untuk pertama kalinya sejak 1999, akibat risiko melonjaknya beban utang negara tersebut.

Lembaga pemeringkat itu menurunkan peringkat kredit China sebesar satu tingkat menjadi A+ dari AA-. S&P juga merevisi outlook menjadi stabil dari negatif.

“Periode berkepanjangan pertumbuhan kredit China yang kuat telah meningkatkan risiko ekonomi dan finansialnya,” papar S&P.

“Meskipun pertumbuhan kredit ini telah berkontribusi terhadap pertumbuhan produk domestik bruto riil yang kuat dan harga aset yang lebih tinggi, kami percaya hal itu juga mengurangi stabilitas keuangan sampai batas tertentu.”

Pemangkasan ini adalah yang kedua dilakukan oleh lembaga pemeringkat tahun ini. Pada Mei, Moody's Investors Service menurunkan peringkat kredit China dengan pertimbangan bahwa kekuatan finansial ekonomi negara tersebut diperkirakan akan terkikis selama beberapa tahun mendatang seiring melambatnya pertumbuhan dan utang yang terus meningkat.

Penurunan peringkat oleh S&P terjadi tepat sebelum Presiden Xi Jinping mengumpulkan para delegasi dari elit penguasa untuk kongres Partai Komunis yang akan digelar pada 18 Oktober.

Presiden Xi telah menjadikannya prioritas utama tahun untuk mengekang risiko utang serta memastikan stabilitas sebelum momentum besar yang akan mencakup perombakan pemimpin puncak.

Pihak kementerian juga sebelumnya menampik pemangkasan peringkat Moody's dengan menyebutnya keputusan yang tidak beralasan. Moody’s disebut telah meremehkan kemampuan pemerintah untuk memberlakukan reformasi dan mendorong permintaan.

Menurut kantor berita Xinhua News Agency, permasalahan yang diidentifikasikan S&P, termasuk kebutuhan untuk mengurangi dan mencegah risiko utang pemerintah, lebih baik dilihat sebagai friendly reminder alih-alih tuntutan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper