Bisnis.com, JAKARTA-- Neraca perdagangan diprediksi akan terus surplus hingga akhir tahun.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan selama di negara besar belum melewati musim dingin maka surplus neraca perdagangan Indonesia akan membaik.
"Ya artinya kita lihat saja nanti kalau musim dingin di Amerika dan Eropa mulai, (ekspor) kita kayak apa. Kalau belum mulai lewat musim dingin, saya sih gak pernah terlalu khawatir, karena (ekspor) kita itu tidak terlalu kuat dengan produk-produk musim dingin," katq Darmin di Kemenko Perekonomian, Jumat (15/9).
Dalam hal ini, Darmin memprediksi stabilnya ekspor hingga beberapa bulan kedepan dikarenakan ada peningkatan dari sisi impor, khususnya impor bahan baku.
Menurutnya, investasi Indonesia yang cukup bagus di tahun ini bisa mendorong perbaikan impor bahan baku, barang modal.
"Ya memang [dampaknya] tidak langsung, masih butuh waktu. Ekspor masih tetap lumayan baik, ya meskipun ada beberapa komoditi yang belum balik normal, tapi sepertinya ya batu bara, kelapa sawit dan karet bagus," pungkasnya.
Baca Juga
Adapun, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2017 mencatat surplus sebesar US$1,72 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$0,31 miliar.
Jika dirinci, nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2017 tercatat sebesar US$15,21 miliar atau naik 11,73% dibandingkan Juli 2017.
Sementara untuk impor pada Agustus 2017 mencapai sebesar US$13,49 miliar atau turun 2,88% dari bulan Juli 2017.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengungkapkan surplus ini merupakan rekor terbesar sejak tahun 2012.
"Kalau kita lacak mundur, surplus ini tertinggi sejak 2012. Pada November 2012 US$1,8 miliar," kata Kecuk dalam konferensi pers di gedung BPS.
Secara kumulatif Januari-Juli 2017, neraca perdagangan Indonesia masih mencatat surplus US$9,11 miliar.
Neraca perdagangan nonmigas pada Agustus 2017 mencatat surplus sebesar US$13,93 miliar.
Peningkatan ekspor nonmigas terutama didorong oleh peningkatan ekspor lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, karet dan barang dari karet, kendaraan dan bagiannya, serta mesin-mesin/pesawat mekanik.
Neraca perdagangan ekspor migas pada Agustus 2017 mencatat naik 9,51% menjadi US$1,28 miliar dibandingkan US$1,17 pada Juli 2017.
Kenaikan itu disebabkan nilai gas dan minyak mentah. Secara tahunan, ekspor migas naik 12,8%. "Jadi ada kenaikan harga agregrat," ujar Kecuk.
Selama Januari- Agustus 2017, ekspor Indonesia mencapai US$98,8 miliar atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$108,8 miliar.
Kendati lebih rendah ekspor tetap tumbuh didorong oleh lemak dan minyak nabati serta bahan bakar mineral.
Untuk impor, Kecuk mengungkapkan peran bahan baku cukup besar mencapai 74,65%. Peran kumulatifnya dari Januari-Agustus 2017 mencapai 75,37%.
Berdasarkan golongan barang, impor Agustus didorong oleh peningkatan impor buah-buahan, bahan kimia organik, binatang hidup, susu, mentega dan mesin serta peralatan listrik.
Secara kumulatif, impor Indonesia Januari-Agustus tercatat 84,33 miliar atau tumbuh 11,85% didorong oleh pangsa impor mesin pesawat dan mesin serta alat listrik.