Bisnis.com, JAKARTA - Operator bandara PT Angkasa Pura II tengah menyiapkan dokumen lelang untuk proyek pekerjaan east cross taxiway tahap 2 di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng senilai Rp1,6 triliun.
East Cross Taxiway (ECT) adalah jalur penghubung antara landas pacu utara dan selatan yang berada di timur Bandara Soekarno-Hatta. Jalur penghubung itu merupakan salah satu dari upaya Angkasa Pura II dalam menaikkan kapasitas pergerakan pesawat.
Public Relation Manager PT Angkasa Pura (AP) II Yado Yarismano mengatakan pada tahap kedua pekerjaan ECT tersebut, kontraktor akan membangun jalur yang menyambungkan landas pacu utara dan selatan.
“Karena masih menyiapkan dokumen lelang, jadi belum tahu kapan proyek tahap kedua ini dapat dipublikasikan. Kami juga belum dapat memproyeksikan kapan pekerjaan tahap kedua ini rampung,” ujarnya di Jakarta pada Senin (4/9/2017).
Yado mengungkapkan proyek pembangunan ECT terbagi atas tiga tahap. Untuk tahap pertama, AP II membangun jalur yang menghubungkan landas pacu utara (North Paralel 1) ke tempat parkir pesawat dekat Terminal 3 (secondary apron).
Saat ini, lanjutnya, pekerjaan tahap pertama yang menghabiskan dana Rp350 miliar itu sudah hampir rampung. Meski begitu, maskapai sudah diperbolehkan untuk menggunakan jalur itu untuk memarkirkan pesawatnya di secondary apron.
“Meski belum rampung 100%, maskapai sudah bisa menggunakan tambahan apron dekat pier 2 Terminal 3 domestik. Kami juga sediakan contact stand dan garbarata sampai Gate 24,” tuturnya.
Setelah tahap 2, lanjut Yado, AP II juga akan melelang pekerjaan ECT tahap ketiga. Pada tahap itu, kontraktor akan membangun dua jalur di ujung penghubung dekat landas pacu selatan, dari sebelumnya hanya satu jalur.
Untuk merealisasikan rencana itu, AP II berencana merelokasi Hotel Bandara. Meski begitu, saat ini AP II masih melakukan kajian terkait relokasi hotel tersebut. Adapun, nilai pekerjaan untuk tahap ketiga masih dihitung.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso menuturkan pergerakan penumpang udara di Indonesia terus meningkat. Tahun ini, dia memperkirakan penumpang udara tumbuh 11%.
“Nah, setengah dari total pergerakan penumpang udara di Indonesia akan melalui Bandara Soekarno-Hatta. Kondisi ini juga sesuai dengan model pengembangan jaringan penerbangan dari pemerintah,” ujarnya.
Menurut Agus, pemerintah memang tengah fokus untuk dapat menghubungkan Jakarta dengan seluruh daerah di Indonesia. Hal itu bertujuan agar investasi dan pariwisata daerah dapat meningkat pesat.
Namun demikian, tantangan untuk menjalankan model pengembangan konektivitas itu cukup besar, terutama menyangkut waktu alokasi terbang atau slot time. Alhasil, Bandara Soekarno-Hatta harus terus dikembangkan.
Saat ini, kapasitas slot time Bandara Soekarno-Hatta akan dinaikkan menjadi 81 penerbangan per jam dari sebelumnya 76 penerbangan per jam. Untuk merealisasikan tersebut, ada dua hal yang akan diupayakan dalam waktu dekat ini.
Pertama, membangun lebih banyak lagi rapid exit taxiway agar pesawat dapat lebih cepat keluar dari landas pacu. Kedua, membangun ECT, sehingga pesawat juga dapat lebih cepat keluar dari landas pacu.
Sekadar catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang udara domestik pada paruh pertama tahun ini mencapai 41,5 juta orang, tumbuh 10,22% dari periode yang sama tahun lalu 37,7 juta orang.
Pada saat bersamaan, jumlah penumpang udara internasional tercatat sebanyak 8,1 juta orang, tumbuh 13,54% dari periode yang sama tahun lalu. Dari total arus penumpang domestik dan internasional itu, sekitar 28% melalui Bandara Soekarno-Hatta.
Pada saat bersamaan, 45 rute penerbangan baru telah dibuka maskapai, khususnya melalui bandara-bandara yang dikelola BUMN, yakni PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II.