Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peru Agresif, Ingin Indonesia Bahas Perdagangan Bebas Desember

Peru dan Indonesia memulai negosiasi kesepakatan perdagangan bebas pada Desember tahun ini, kata Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru Eduardo Ferreyros Kuppers.
Eduardo Ferreyros Kuppers, Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru/Reuters
Eduardo Ferreyros Kuppers, Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Peru dan Indonesia akan memulai negosiasi kesepakatan perdagangan bebas pada Desember tahun ini, demikian dikemukakan Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru Eduardo Ferreyros Kuppers.

“Pemerintah Peru menginginkan agenda perdagangan yang sangat agresif setelah Amerika Serikat mundur dari Trans-Pacific Partnership (TPP),” ungkapnya Ferreyros di Lima, ibu kota Peru, pada Rabu pagi WIB (30/8/2017).

Peru telah memiliki lebih dari 15 kesepakatan perdagangan bebas. Negara Amerika Selatan itu tahun ini juga memulai negosiasi perdagangan bebas dengan Australia dan India sambil bersiap memperbarui kesepakatan serupa dengan China.

Negara tersebut juga menjadi bagian dari upaya meminimalkan hambatan perdagangan antara Australia, Selandia Baru, Singapura, dan Kanada dengan blok Aliansi Pasifik yakni Peru, Meksiko, Chile, dan Kolombia.

“Kami bekerja sangat agresif mengenai agenda perdagangan termasuk di dalamnya kemungkinan pada Desember nanti memulai negosiasi kesepakatan perdagangan bebas dengan Indonesia,” ujarnya dalam konferensi pers.

Peru merupakan salah satu dari 12 negara yang menandatangani TPP untuk memasu pertumbuhan di Asia Pasifik. TPP terusik sejak Presiden AS Donald Trump memutuskan negara adidaya itu mengundurkan diri pada Januari lalu.

Namun, Ferreyros menegaskan TPP akan tetap berjalan. “Kita tidak akan berhenti karena itu [AS mundur]. Ini akan mendorong persetujuan secara bilateral.”

Peru menjadi bagian dari peserta yang akan membahas penyelamatan TPP di Sydney, Australia, pada pekan ini, yang dalam bentuknya saat ini tidak dapat diimplementasikan tanpa AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper