Bisnis.com, JAKARTA-- Kendati banyak yang mensinyalir adanya penurunan daya beli, Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa konsumsi masih tetap tumbuh meski melambat.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sri Soelistyowati menjelaskan bahwa konsumsi riil masih cenderung terus meningkat namun terjadi perlambatan pertumbuhan karena ada kecenderungan untuk menahan belanja.
“Kalau daya beli turun atau negatif, tidak tahu arah negara ini. Ini masih tetap tumbuh, hanya pertumbuhan yang lambat, secara nominal masih terdapat peningkatan belanja. Memang pertumbuhannya melambat jika dibandingkan di 2016, dari 5,18% ke 5,01%,” katanya, Selasa (15/8/2017)..
Selain itu, adanya perubahan pola konsumsi masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang lebih tinggi di level konsumsi untuk kegiatan waktu luang (leisure activities).
BPS sendiri menggolongkan komoditas yang termasuk dalam kegiatan waktu luang antara lain hotel, restoran, tempat rekreasi, dan kegiatan kebudayaan.
“Pertumbuhan konsumsi secara tahunan untuk komoditas leisure dan non-leisure cenderung berbanding terbalik. Konsumsi leisure melonjak ketika ada sedikit pelambatan di non-leisure,” kata Sri Soelistyowati belum lama ini.
Baca Juga
BPS sendiri dalam laporan kinerja kuartal 2/2017 menyebutkan konsumsi masyarakat masih tumbuh di kisaran 4%. Dengan kenyataan tersebut, anggapan bahwa perekonomian Indonesia dinilai lesu pun terbantahkan.
Hal itu dipertegas oleh Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman, yang mengatakan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh stabil pada triwulan II/2017.
Kata Agusman, pertumbuhan tersebut lebih banyak dipengaruhi meningkatnya kinerja investasi, baik investasi bangunan atau non-bangunan.
Bank Indonesia pun memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2017 akan ada di kisaran 5,0%-5,4%, inflasi terkendali di 4%±1, sedangkan pertumbuhan kredit sebesar 10-12% dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 9-11%.
Senada, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Damhuri Nasution memaparkan ekspor Indonesia diproyeksikan akan tumbuh baik sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia.
Konsumsi rumah tangga juga diprediksi akan tumbuh relatif stabil, di sisi lain konsumsi pemerintah juga akan semakin baik sejalan dengan kondisi fiskal yang semakin kredibel.
“Indeks siklus bisnis juga menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih dalam masa ekspansi dalam siklus bisnisnya. Dengan latar belakang seperti itu, maka Perekonomian Indonesia ke depan tidak menuju perlambatan,” kata Damhuri.