Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kementan Akan Kembangan Kawasan Buah di 19 Provinsi

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian, melalui Ditjen Hortikultura, menambah lokasi pengembangan kawasan buah, setelah memperoleh tambahan anggaran di APBNP 2017 sebesar Rp200 miliar untuk pengembangan kawasan buah.
Pemilik usaha memanen buah stroberi di Agrowisata Kebun Stroberi, Bengkolan Dua, Gunung Tujuh, Kerinci, Jambi, Sabtu (1/7)./ANTARA-Wahdi Septiawan
Pemilik usaha memanen buah stroberi di Agrowisata Kebun Stroberi, Bengkolan Dua, Gunung Tujuh, Kerinci, Jambi, Sabtu (1/7)./ANTARA-Wahdi Septiawan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian, melalui Ditjen Hortikultura, menambah lokasi pengembangan kawasan buah, setelah memperoleh tambahan anggaran di APBNP 2017 sebesar Rp200 miliar untuk pengembangan kawasan buah.

Direktur Buah dan Florikultura Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian Sarwo Edhy menyebut, pengembangan kawasan buah saat ini disiapkan di 19 provinsi diantaranya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Selatan.

Pengembangan kawasan ini menambah 11 kawasan buah yang sudah ada pada semester awal 2017 dengan anggaran sekitar Rp60 miliar.

"Pengembangan kawasan buah dengan memberikan paket benih dan pupuk. Pemerintah mengadakan benih buah, kemudian diperbantukan untuk petani," katanya dihubungi usai mengikuti kampanye buah nusantara di Car Free Day Thamrin, Minggu (13/8).

Pada kegiatan tersebut, Kementerian Pertanian menyiapkan 2,5 ton buah seperti durian, manggis, pisang, untuk dibagikan bagi masyarakat di area Car Free Day. Kegiatan ini sekaligus mengkampanyekan konsumsi buah lokal pada setiap kesempatan.

Edhy menambahkan, jeruk masih menjadi komoditas unggulan ekspor. Oleh karena itu, pemerintah mendorong peningkatan produksi jeruk dalam pengembangan kawasan buah tersebut.

Selain jeruk, dia mendorong daerah meningkatkan produksi salak, seiring mulai banyak permintaan dari Selandia Baru dan Australia.

"Meski masih ada impor jeruk dari China dan Pakistan, jumlahnya hanya 3%-5% dari produksi nasional," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper