Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Garam Petani Sulit Bersaing dengan Impor, Ini Penyebabnya!

Harga garam hasil petani domestik masih sulit bersaing dengan produk sejenis yang didatangkan dari luar negeri.
Petani memanen garam di Desa Santing, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (31/7)./ANTARA-Dedhez Anggara
Petani memanen garam di Desa Santing, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (31/7)./ANTARA-Dedhez Anggara

Bisnis.com, JAKARTA — Harga garam hasil petani domestik masih sulit bersaing dengan produk sejenis yang didatangkan dari luar negeri.

Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan Susan Herawati menjelaskan harga harga garam hasil petani dalam negeri lebih mahal 10% dibandingkan dengan impor. Akibatnya, banyak industri yang lebih memilih garam dari luar negeri.

Padahal, produksi garam di dalam negeri masih sangat konvensional. Sementara, di Australia misalnya, teknologi yang digunakan jauh lebih maju. “Dari segi kualitas juga masih sulit garam produksi petani untuk mencapai kandungan NaCl 97% seperti yang dihasilkan luar negeri,” paparnya di Jakarta, Jumat (11/8/2017).

Susan menyebut pemerintah harus segera membenahi produksi garam Indonesia. Pasalnya, jika terus dibiarkan maka Indonesia akan sulit bebas dari jeratan impor garam. “Kami mencatat nilai impor garam sejak 1990 mencapai US$16,97 juta,” ungkapnya.

Di sisi lain, pihaknya mengusulkan adanya besaran harga pembelian pokok yang dipatok oleh pemerintah berada di kisaran Rp2.500 per kilogram hingga Rp3.000 per kilogram.

Ketua Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Muhammad Hasan sebelumnya meminta besaran harga pokok pembelian (HPP) segera ditetapkan oleh pemerintah di kisaran Rp1.000 per kilogram hingga Rp2.000 per kilogram. Besaran itu menurutnya untuk melindungi para petani terutama saat terjadi panen raya yang mengakibatkan harga jatuh.

Hasan menjelaskan memang saat ini terjadi kenaikan harga garam di tingkat petani akibat adanya kelangkaan di pasar. Namun, jika nanti telah terjadi panen raya maka harga bisa merosot hingga Rp500 per kilogram.

Saat ini, sambungnya, petani menikmati keuntungan karena harga garam berada di kisaran Rp3.500 per kilogram. Kendati demikian, dia mengatakan mulai terjadi penurunan harga menjelang panen pada akhir agustus. “Kondisi sangat jomplang antara harga pembelian dari petani dan harga yang sudah diolah oleh industri,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nurhadi Pratomo
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper