Nama Rachmat Gobel, tiba-tiba saja menjadi pembicaraan banyak orang. Terlebih di kalangan pengusaha jamu dan obat tradisional. Dia menjadi buah bibir setelah Bisnis Indonesia menurunkan berita headline pada halaman depan berjudul “Gobel Selamatkan Nyonya Meneer”.
Sepanjang Kamis (10/8) media online pun ramai-ramai memberitakan soal penyelamatan Nyonya Meneer oleh pengusaha nasional yang juga mantan Menteri Perdagangan itu.
Soal kepailitan yang dialami Nyonya Meneer sendiri telah banyak diberitakan dan menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Tidak saja terkait dengan dugaan salah kelola dari manajemen, tetapi juga nasib ribuan orang yang bergantung pada kelangsungan perusahaan itu.
Perusahaan jamu legendaris itu dinyatakan pailit, menyusul putusan Pengadilan Negeri Semarang yang membatalkan perjanjian perdamaian antara perusahaan dan kreditur. Atas putusan pembatalan itu, dengan sendirinya Nyonya Meneer dinyatakan pailit sesuai dengan gugatan yang didaftarkan di Pengadilan Niaga Semarang.
Gugatan pailit itu diajukan partner bisnisnya dari Sukoharjo, Jawa Tengah. Dia tidak lain adalah pemasok bahan baku untuk pabrik Nyonya Meneer yang telah bertahun-tahun bermitra.
Di mesin pencari Google, pemberitaan tentang Rachmat Gobel, bertengger di posisi teratas. Ini berarti cerita tentang bos Panasonic Gobel Indonesia tersebut tengah menjadi trending topic.
Tampaknya, publik penasaran dan ingin memperoleh jawaban atas sejumlah pertanyaan. Mengapa Gobel yang notabene merupakan industriawan elektronik tiba-tiba tertarik untuk menyelamatkan pabrik jamu. Tahu apa Gobel soal jamu?
Sebagian lainnya mungkin juga ingin tahu, skenario apa yang akan dilakukannya untuk menghidupkan kembali pionir perusahaan jamu yang nyaris ‘dimatikan’ lewat proses pailit itu.
Juga tentang bagaimana proses pembicaraan dengan Charles Saerang, Presiden Direktur Nyonya Meener, hingga begitu cepat Gobel memutuskan untuk menyelamatkan perusahaan keluarga yang telah terdiri sejak 1919 tersebut. Keputusan ini memang terkesan begitu datang tiba-tiba. Sebelumnya, sama sekali tak ada informasi soal rencana pertemuan kedua pengusaha ini. Itulah uniknya.
Lebih unik lagi, keputusan untuk menyelamatkan Nyonya Mener secara eksplisit dikatakan Rachmat Gobel pada 15 menit pertama setelah mereka duduk satu meja di Hotel Fairmont Senayan, Jakarta.
Mereka memang berjanjian untuk bertemu di hotel tersebut sekitar pukul 21.00 WIB. Begitu Saerang turun dari mobil dan memasuki lobi, pada saat yang sama Gobel turun dari lift seusai menghadiri sebuah acara di hotel itu juga. Keduanya saling berjabat tangan. Genggaman tangan Saerang terlihat begitu kuat seolah ingin mengungkapkan rasa gembiranya.
Keduanya pun langsung menuju kafe yang masih selantai dengan lobi hotel. Begitu duduk, bagai air bah yang tidak bisa dibendung, Saerang langsung ‘curhat’. Panjang lebar dia bicara.
Topik pertama yang diceritakannya adalah seputar latar belakang kasus kepailitan Nyonya Meneer. Dia menilai pengadilan terlalu cepat dan mudah menolak kesepakatan damai dengan para kreditur sehingga perusahannya menjadi pailit.
Dia juga berpendapat di Indonesia terlalu mudah bagi siapapun untuk mengajukan gugatan pailit ke pengadilan. Padahal, ujarnya, perusahaan masih memiliki kemampuan membayar atas utang-utangnya
“Setiap utang kan ada jadwal kapan dibayar. Kenapa tiba-tiba orang dengan mudah menggugat pailit. Kenapa juga pengadilan begitu cepat membatalkan perjanjian damai dengan kreditur?,” ujarnya. Untuk itu, secara tegas dia akan melakukan perlawanan atas putusan pengadilan. “Saya akan ajukan kasasi,” katanya dengan berapi-api sambil menatap tajam Gobel.
//15 Menit Pertama//
Saerang juga menepis tudingan miss management. Menurutnya, hingga sekarang salah satu kreditur utamanya yakni Bank Papua yang memiliki piutang sekitar Rp68 miliar masih mempercayai manajemen Nyonya Meneer. “Buktinya, Bank Papua tidak menuntut pailit dan hubungan baik masih terjaga sampai sekarang.”
Setelah sekitar 15 menit Saerang curhat, Gobel langsung menyatakan keinginannya menyelamatkan Nyonya Meneer. “Kalau diminta bantu, saya siap bantu. Nyonya Meneer harus diselamatkan,” ujar Gobel yang kemudian disambut senyum dan ucapan terimakasih oleh Saerang.
Keputusan yang begitu cepat diambil tadi sebenarnya hal biasa saja. Sebab, Gobel mengaku sudah memikirkan dan mempertimbangkan secara matang keinginannya untuk menyelamatkan Nyonya Meneer. “Itulah kenapa saya menemui Pak Saerang.”
Dalam desain penyelamatan tersebut, Gobel meminta agar nantinya keluarga Saerang tetap ikut mengelola perusahaan. Baginya, kehadirannya bukanlah sekadar untuk menyelamatkan Nyonya Meneer. “Lebih dari itu adalah membantu teman,” katanya.
Mendengar pernyataan itu, Saerang langsung berkomentar,” Terimakasih Pak Rachmat. Banyak orang datang ingin membantu saya. Tetapi mereka maunya mengambil alih brand Nyonya Meneer. Itu yang saya enggak mau,” kata Saerang.
Percakapan selanjutnya lebih bertema tentang hal-hal yang agak teknis meskipun belum detil. Salah satunya adalah menidaklanjuti gentle agreement tersebut dengan mempertemukan bagian keuangan dan bagian legal dari kedua pihak.
Gobel dan Saerang juga membicarakan tentang opsi-opsi membangun kembali bisnis jamu Nyonya Meneer, di samping memetakan lebih dulu kondisi perusahaan untuk menentukan langkah restrukturisasi utang. “Dan, yang terpenting gugatan pailit harus dicabut dulu.”
Untuk membangun kembali Nyonya Meneer, Gobel memiliki skenario untuk memodernisasi peralatan produksi menggunakan teknologi Jepang. Research and Development (R&D) juga akan diperkuat. Indonesia kaya bahan baku obat yang masih harus diteliti khasiatnya. “Oleh karena itu, R&D harus diperkuat,” ujarnya kepada Saerang yang terus manggut-manggut tanda setuju.
Gobel juga punya keinginan besar untuk mengembangkan bahan baku obat lewat kerja sama saling menguntungkan dengan petani. Petani harus dibina secara terorganisir untuk ditingkatkan kapasitasnya. Dengan begitu, bahan baku jamu yang dihasilkan senantiasa terjaga kualitasnya.
“Pokoknya kalau petani sejahtera, perusahaan pasti akan maju. Sebab, ketika kita membantu orang lain, Tuhan pasti akan membantu kita. Soal bisnis jamu, itu gampang. Sebab, tren pasar jamu kan terus meningkat. Asal proses produksi efisien, inovatif, serta produknya berkualitas dan berdaya saing, pasti beres,” kata Gobel. Lagi-lagi Saerang mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengacungkan jempol.
Pertemuan itupun berakhir sekitar pukul 23.00 WIB setelah camilan peyek, kacang mete serta segelas minuman yang menemani selama 2 jam perbincangan, habis tanpa sisa.