Bisnis.com, JAKARTA - Dugaan PT Indo Beras Utama (IBU), anak perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. (AISA) menjual beras subsidi dengan harga premium dinilai sebagai tuduhan yang kurang jernih.
Pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas Santosa, mengaku sulit memahami tuduhan Satgas Pangan kepada PT IBU, bahwa produsen beras merek Ayam Jago dan Maknyuss itu menggunakan beras sejahtera (rastra) sebagai bahan baku.
"Kalau mereka [PT IBU] beli beras rastra, orang Bulog bisa-bisa ditangkap semua," katanya saat dihubungi pada Minggu (23/7/2017).
Tuduhan PT IBU menjual beras kualitas medium setara beras premium pun tak bisa serta-merta dilontarkan berdasarkan varietas padi.
Menurut Dwi, kualitas beras ditentukan oleh kadar air, persentase patahan (broken), dan derajat sosoh (keputihan), yang menjadi acuan pula dalam standar nasional Indonesia (SNI). Seperti diketahui, PT IBU diduga menggunakan beras jenis IR64 yang biasanya dipakai untuk beras medium.
Tudingan itu bertambah samar mengingat beras jenis IR64 kini jarang diproduksi oleh petani Indonesia. Menurut Dwi, saat ini 65% petani menanam jenis padi Ciherang.
"Tapi, apakah itu IR64 atau Ciherang, [kualitas] medium dan premium sekali lagi tidak ditentukan oleh jenis beras," jelasnya.
Jika yang dimaksud pemerintah adalah PT IBU membeli beras dari petani yang menerima subsidi, itu pun salah kaprah.
Dwi menilai aktivitas PT IBU membeli beras dari petani penerima subsidi adalah praktik yang wajar mengingat sebagian besar petani Indonesia menerima subsidi benih dan pupuk. Praktik itu pun dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat yang membeli jagung dan kedelai dari petani yang disubsidi.
"Di kita ini tidak ada yang beli beras tanpa subsidi, kecuali dia tanam pakai benih sendiri, pupuk sendiri. Kalau tidak boleh, tangkapi saja semua pedagang beras, semua pemilik penggilingan padi," ujarnya.