Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan rumah di Singapura turun 21% pada Juni 2017 dibandingkan dengan bulan sebelumnya, seiring dengan terus menyusutnya jumlah proyek baru yang diluncurkan di negara tersebut.
Berdasarkan data yang dirilis Urban Redevelopment Authority (URA), para pengembang menjual 820 unit rumah pada Juni 2017. Angka ini lebih kecil dari revisi angka penjualan sebesar 1.039 unit pada Mei.
Sementara itu, hanya ada total sebanyak 159 unit rumah baru yang diluncurkan pada Juni. Jumlah ini jauh lebih rendah dari revisi pencapaian pada Mei sebanyak 370 unit.
Kinerja penjualan para pengembang pun untuk pertama kalinya turun di bawah 1.000 unit per bulan. Padahal jumlah penjualan pengembang mampu bertahan lebih dari 1.000 unit selama tiga bulan berturut-turut sebelumnya.
“Proyek-proyek yang diluncurkan bulan lalu, di antaranya adalah The Clement Canopy. Di kawasan itu, 13 unit dari total 50 unit terjual, sedangkan Hillion Residence menjual 12 dari 50 unit yang dipasarkan,” jelas Urban Redevelopment Authority, seperti dikutip Bloomberg, Senin (17/7/2017).
Pemerintah Singapura telah meluncurkan serangkaian langkah untuk mendinginkan pasar sejak 2009. Pada Maret 2017, pemerintah memutuskan untuk melonggarkan langkah-langkah pendinginan harga rumah untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.
Namun demikian, pihak otoritas juga memperingatkan bahwa penyesuaian tersebut tidak berarti pembatalan terhadap upaya pendinginan pasar.
Nilai properti di Singapura pun memperpanjang penurunannya untuk kuartal ke-15 berturut-turut, rentetan penurunan terpanjang sejak data tersebut pertama kali diterbitkan pada tahun 1975, akibat terbebani oleh terus berlangsungnya upaya untuk mendinginkan pasar.
Menurut data pendahuluan yang dirilis Urban Redevelopment Authority (URA) pada 3 Juli, indeks yang melacak harga perumahan swasta turun 0,3% sepanjang kuartal yang berakhir 30 Juni dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Sementara itu, nilai rumah drop 12% dari puncaknya pada tahun 2013.