Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hasil Manufaktur Dominasi Ekspor

Nilai produk manufaktur Indonesia yang diekspor pada Mei 2017 senilai US$10,75 miliar. Hasil manufaktur berkontribusi sebesar 75,25% dari total ekspor atau mencapai US$14,29 miliar.
Aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung, Lampung, Senin (10/4)./Antara-Ardiansyah
Aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung, Lampung, Senin (10/4)./Antara-Ardiansyah

JAKARTA—Nilai produk manufaktur Indonesia yang diekspor pada Mei 2017 senilai US$10,75 miliar. Hasil manufaktur berkontribusi sebesar 75,25% dari total ekspor atau mencapai US$14,29 miliar.

“Data yang ada membuktikan sekarang itu ekspor Indonesia bukan lagi didominasi komoditas primer, tetapi didominasi hasil manufaktur,” ujar Deputi BPS Bidang Statistik Sosial Sairi Hasbullah, Kamis (15/6/2017).

Nilai ekspor hasil manufaktur pada Januari—Mei 2017 mencapai US$51,27 miliar, atau naik 16,22%  dari periode Januari—Mei 2016 senilai US$ 44,1 miliar. Kontribusi produk manufaktur terhadap ekspor periode Januari—Mei 2017 sebesar 75,11%. Peran manufaktur terhadap ekspor jauh lebih tinggi dibanding sektor pertambangan (13,56%), migas (9,21%), dan pertanian (2,12%).

Pangsa ekspor nonmigas terbesar Indonesia pada periode Januari—Mei 2017 adalah China (12,54%), Amerika Serikat (11,58%), dan India (9,49%). China menjadi negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai mencapai US$ 7,77 miliar. Sementara itu AS menyusul sebagai negara tujuan ekspor terbesar kedua dengan nilai US$7,18 miliar. Nilai ekspor nonmigas ke India mencapai US$5,88 miliar.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian optimistis performa manufaktur pada kuartal kedua tahun ini dapat lebih baik berkat peningkatan performa sektor otomotif dan makanan serta minuman.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan dari sejumlah sektor yang menunjukkan kinerja positif, industri otomotif dan makanan dan minuman akan menjadi penopang utama pertumbuhan manufaktur.

“Harapannya tentu kuartal kedua ini ada kenaikan sedikit lagi karena ada momentum Lebaran. Yang paling terlihat adalah otomotif dan mamin. Untuk sektor lain masih bergantung pada pasar global,” jelas Airlangga, Selasa (6/6/2017).

Bisnis mencatat kendati industri otomotif dan makanan serta minuman tumbuh positif pada kuartal pertama, performa sejumlah sektor lain justru terlihat menurun. Kinerja industri alas kaki dan elektronik misalnya terpangkas akibat kelesuan pasar ekspor dan persaingan di dalam negeri dengan produk impor.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper