Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Tenaga Angin & Matahari Akan Geser Hulu Migas

Investasi untuk mengembangkan energi bersih yang berasal dari tenaga angin dan matahari akan menggeser investasi sektor hulu migas.
Ilustrasi/holland.com
Ilustrasi/holland.com

Bisnis.com, JAKARTA--Investasi untuk mengembangkan energi bersih yang berasal dari tenaga angin dan matahari akan menggeser investasi sektor hulu migas.

Senior Vice President, Research, Corporate Analysis Wood Mackenzie, Tom Ellacott, mengatakan pasokan energi bersih akan terus tumbuh. Naiknya pasokan energi angin dan matahari, ujarnya, tak bisa dipungkiri karena tren penggunaan energi fosil akan terus turun.

Dia pun memperkirakan pertumbuhan rata-rata tahunan pasokan tenaga angin 6% dan matahari 11% dalam 20 tahun ke depan. Meskipun, saat ini energi bersih baru 1% dari total kebutuhan energi global.

"Kami memperkirakan rata-rata pertumbuhan tahunan 6% untuk tenaga angin dan 11% untuk tenaga matahari dalam 20 tahun mendatang," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Selasa (13/6/2017).

Wood Mackenzie memperkirakan modal akan bertambah dan dialihkan dari hulu migas ke angin dan matahari untuk membangun posisi. Energi bersih akan berkontribusi seperlima dari total alokasi modal bagi pemain paling aktif setelah 2030.

Diestimasikan pula belanja yang dikeluarkan untuk tenaga angin dan matahari di 2035 akan sebesar US$350 miliar untuk menggantikan 12% pangsa pasar migas saat ini.

"Kami mengestimasikan pembelanjaan US$350 miliar pada angin dan matahari di 2035 untuk menggantikan 12% pangsa pasar migas saat ini," katanya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menjelaskan pihaknya tetap berkomitmen mencapai target bauran energi baru terbarukan secara nasional sebesar 23%. Oleh karenanya, dari sektor pembangkit, pihaknya menyesuaikan agar bauran energi baru terbarukan mencapai 22,5%.

Adapun, total pembangkit yang bakal beroperasi dalam 10 tahun ke depan adalah 77.800 MW, dengan demikian total pembangkit berbasis energi baru terbarukan yang akan beroperasi adalah 22,5% dari 77.800 MW yakni 17.505 MW.

Sementara itu, pada rencana sebelumnya total pembangkit energi baru terbarukan yang dibangun adalah 15.778 MW dari total kapasitas pembangkit terpasang sebesar 80.500 MW. Sedangkan, bauran energi pembangkit dari energi baru terbarukan saat ini sebesar 12% sehingga pihaknya memacu peningkatan energi baru terbarukan sebesar 10,5% dalam 10 tahun ke depan.

Total kapasitas energi baru terbarukan 17.750 MW bakal berasal dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 6.300 MW, pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) sebesar 1.700 MW, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) 8.400 MW, dan sisanya berasal dari pembangkit listrik energi baru terbarukan lainnya.

Nicke mengatakan, hingga saat ini bauran energi baru terbarukan baru mencapai 12,5% yakni 6.003 MW dari total keseluruhan pembangkit yang terpasang yakni 51.860 MW.

Rincinya, jumlah realisasi tersebut sebanyak 4.010 megawatt (MW) berasal dari PLTA, 1.499,5 MW berasal dari PLTP, 323,4 MW berasal dari PLTM. Selain itu, pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSampah) menyumbang 17,6 MW, pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBiomassa) menyumbang 136 MW dan terakhir pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 13 MW.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper