Bisnis.com, JAKARTA – Ekspor Jepang melanjutkan penguatannya untuk bulan kelima berturut-turut pada April, dan menjadi yang terpanjang dalam 1 dekade.
Kenaikan itu ditopang oleh pengiriman ke China yang meningkat seiring berlanjutnya permintaan global yang menopang pemulihan ekonomi negara tersebut.
“Ketika ekonomi global kuat, maka ekspor ke China juga tumbuh, dan gambarannya masih sama sampai saat ini,” ujar Kepala Ekonom Daiwa Securities Co Yasutoshi Nagai, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (22/5/2017).
Namun, lanjutnya, setiap penurunan ekspor akan mengancam keberlanjutan pemulihan Jepang. "Ekspor adalah satu-satunya bagian dari ekonomi Jepang dengan pijakan yang kuat," ungkapnya.
Sementara itu, Senior Ekonom Jepang di Capital Economics Singapura Marcel Thieliant dalam risetnya mengatakan dengan kuatnya pertumbuhan permintaan eksternal, volume ekspor berpotensi mengangkat pertumbuhan agregat dalam produk domestik bruto (PDB) Jepang sebesar 0,5% lagi pada tahun ini.
Sebelumnya, Ekonom Bloomberg Intelligence Yuki Masujima mengatakan Asia merupakan penggerak terkuat untuk ekspor Jepang.
Seperti diketahui, berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan, nilai ekspor Jepang naik 7,5% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Angka tersebut sedikit dibawah prediksi rata-rata sebesar 8%.
Adapun nilai impor melonjak 15,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan estimasi rata-rata ekonom sebesar 14,8%. Kenaikan tersebut merupakan yang terbesar pada Maret lebih dari 3 tahun.
Sementara itu neraca perdagangan tercatat surplus 481,7 miliar yen atau setara dengan US$4,3 miliar. Angka tersebut dibawah estimasi ekonom sebesar 520,7 miliar yen.
Pencapaian tersebut mengindikasikan kenaikan yang sehat dalam ekonomi global. Namun demikian, outlook untuk perdagangan global masih belum jelas setelah para menteri keuangan negara-negara G7 hanya sedikit membahas efek proteksionisme AS dalam pertemuan mereka di Italia bulan ini.