Bisnis.com, PANGKALPINANG — Bank Indonesia memprediksi Inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang tercatat tertinggi di Indonesia pada bulan lalu akan meningkat lebih tinggi bulan ini hingga memasuki Ramadan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angkutan udara menjadi pemicu utama tekanan inflasi Babel, maka menjelang Ramadan selain bahan pokok juga akan dipengaruhi kenaikan tarif listrik.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Bayu Martanto mengatakan, beberapa hal yang patut mendapat perhatian karena berisiko menyebabkan inflasi antara lain tingginya permintaan bahan pokok memasuki Ramadan. Di antaranya masih adanya permasalahan struktural seperti belum efisiennya pasar dan jalur distribusi, serta dampak lanjutan kenaikan tarif listrik nonsubsidi dengan daya 900VA yang masih akan berlangsung dalam beberapa waktu ke depan.
“Memasuki Ramadan dan Hari Raya Idulfitri, tantangan pengendalian inflasi akan meningkat. Edukasi kepada masyarakat agar berkonsumsi secara bijak harus dilakukan agar tingkat permintaan dan ekspektasi harga dapat terkendali.
Di sisi lain, Tim Pengendalian Inflasi Daerah di tingkat provinsi/kabupaten/kota harus meningkatkan kewaspadaan dalam mengawal ketersediaan bahan pokok. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menjaga kelancaran pasokan dan distribusi bahan pokok serta memperkuat produktivitas lokal. Sinergi antarinstitusi juga mutlak harus diperkuat agar gejolak harga yang mungkin akan terjadi selama bulan Ramadan dapat cepat dikendalikan,” ungkap Bayu, Senin (8/5).
Sedangkan pada bulan April ini, Indeks Harga Konsumen di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah tercatat mengalami inflasi sebesar 1,00% (mtm) atau secara tahunan inflasi sebesar 8,37% (yoy). “Inflasi pada April 2017 didorong oleh tingginya kenaikan tarif angkutan udara,” ujarnya.
Kedua kota yang menjadi sampel inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami inflasi. Kota Pangkalpinang mengalami inflasi sebesar 1,02% (mtm) atau 9,26% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya mengalami inflasi 0,38% (mtm). Sementara itu, Kota Tanjungpandan mengalami inflasi 0,29% (mtm) atau 6,76% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 1,49% (yoy).
Peningkatan inflasi yang terjadi pada April didorong oleh kelompok administered price yang mengalami inflasi 4,10% (mtm). Kenaikan terjadi utamanya disumbang oleh tarif angkutan udara yang mencapai 0,66% (mtm) terhadap total inflasi bulanan yang disebabkan oleh tingginya permintaan saat libur panjang selama April.
Kelompok volatile food mengalami inflasi yang cukup terkendali di angka 0,83% (mtm) yang didorong oleh komoditas ikan-ikanan, bawang merah, dan jeruk. Di sisi lain, kelompok inti tercatat deflasi 0,18% (mtm) yang salah satunya disumbangkan oleh penurunan tarif pulsa ponsel.