Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: Meski Fundamental Baik, Memperkuat Ketahanan Sistem Tetap Diperlukan

Bank Indonesia menilai fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat dan masih menarik bagi investor asing.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Erwin Rijanto (kanan) bersama Kepala Eksekutif Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan (kiri) menyampaikan paparan terkait pengawasan perbankan dalam Seminar Nasional Bank Indonesia dan LPS di Kuta, Kamis (4/5)./Antara-Nyoman Budhiana
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Erwin Rijanto (kanan) bersama Kepala Eksekutif Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan (kiri) menyampaikan paparan terkait pengawasan perbankan dalam Seminar Nasional Bank Indonesia dan LPS di Kuta, Kamis (4/5)./Antara-Nyoman Budhiana

Bisnis.com, DENPASAR- Bank Indonesia menilai fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat dan masih menarik bagi investor asing.

Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan kondisi perekonomian yang baik itu dapat dilihat dari sejumlah indikator perbankan dan korporasi yang terus membaik.

Berdasarkan data Bank Indonesia, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) per Februari 2017 berada pada level 22,97%.

Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) per Maret 2017 berada di level 3,04%. Angka ini naik dibandingkan posisi Desember 2016 sebesar 2,93%, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan posisi Februari 2017 sebesar 3,16%.

Dari sisi korporasi, tingkat pengembalian aset (return on asset) pada kuartal III/2016 tercatat 3,66%, naik dari posisi 2015 sebesar 2,96%.

“[Data] Ini otomatis memberikan kepercayaan [investor] asing bahwa Indonesia masih baik dan menarik untuk investasi. Jadi tidak perlu terlalu khawatir,” paparnya saat konferensi pers Seminar Nasional Peran Strategis BI dan LPS dalam Memelihara Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia, Kamis (4/5/2017).

Lebih lanjut dia juga mengatakan indikasi Indonesia masih menarik bagi investor asing adalah saat The Fed menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat pada Maret lalu sedangkan BI tetap mempertahankan BI 7-Day Repo Rate di level 4,75%, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak terlalu bergejolak bahkan arus dana asing yang masuk (capital inflow) justru meningkat.

“Kalau kita lihat pada akhir 2015, setia The Fed menaikkan suku bunga, kurs kita langsung bergejolak tak terkontrol dan capital outflow besar. Tetapi kemarin ini saat The Fed menaikkan suku bunga dan kita mempertahankan, kita malah kebanjiran dana. Ini menunjukkan adanya kepercayaan terhadap ekonomi Indonesia,” tuturnya.

Dia mengatakan meskipun perekonomian Indonesia terlihat stabil, tetapi tidak terlepas dari risiko perkembangan ekonomi global.

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Filianingsih Hendarta mengingatkan perekonomian Indonesia memang tidak terlepas dari vulnerability atau kerentanan, tetapi belum terjadi shock atau risiko dari ancaman tersebut.

“Jika saya ibaratkan, vulnerability adalah saat kita di rumah tetapi lupa mengunci pintu, maka rentan maling untuk masuk. Jika maling masuk artinya telah terjadi shock,” jelasnya.

Untuk perekonomian, vulnerability terdapat pada ketidakpastian global seperti kebijakan suku bunga AS, inflasi global, pergerakan harga komoditas, serta geopolitik.

Namun dia melihat saat ini korporasi di Indonesia mulai melakukan konsolidasi. Kinerja keuangan mulai membaik pada kuartal I/2017.

“Memang perbaikan korporasi lebih disebabkan oleh efisiensi seperti pelunasan utang atau downsizing, bukan karena peningkatan volume operasional. Namun jika korporasi sudah efisien kemudian ada kenaikan permintaan dari pasar, kami harap korporasi bisa ikut mendorong perekonomian,” ungkapnya.

Sementara itu Erwin juga optimistis pertumbuhan korporasi yang baik juga akan mendorong pertumbuhan penyaluran kredit. Untuk tahun ini, bank sentral menargetkan penyaluran kredit naik sekitar 10%-12%, adapun dana pihak ketiga (DPK) diharapkan naik 9%-11%.

“Bahwa ada vulnerability itu iya, tetapi agar tidak terjadi shock maka kita harus perkuat ketahanan dari sistem keuangan dan juga stakeholder dalam hal ini korporasi,” paparnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper