LOMBOK— PT Angkasa Pura I menargetkan Lombok International Airport berhasil meraup keuntungan Rp3,5 miliar sepanjang 2017 setelah lebih dari 6 tahun berturut-turut merugi puluhan miliar rupiah.
I Gusti Ngurah Ardita, GM PT Angkasa Pura (AP) I Lombok International Airport (LIA), menyatakan strategi yang akan ditempuh bandaranya agar untung yaitu dengan memperbanyak penerbangan domestik dan internasional.
"Kami optimistis target itu tercapai didukung peningkatan jumlah penumpang di LIA," katanya dalam acara Lokakarya Wartawan Perhubungan Tahun 2017 di Lombok, Kamis (20/4).
Pada 2015, Ardita memaparkan LIA membukukan kerugian hingga Rp23 miliar sedangkan pada 2016 mencatat kerugian Rp1,5 miliar akibat terbebani biaya perawatan Bandara Selaparang Mataram yang mencapai Rp4,5 miliar per tahun.
Pada tahun ini, dia memaparkan pihaknya menyiapkan beberapa penerbangan internasional dari dan menuju LIA seiring dengan pertumbuhan industri pariwisata di Lombok.
Ardita menjelaskan upaya yang dilakukan pengelola bandara yaitu melakukan pendekatan dengan sejumlah maskapai nasional dan asing. "Penerbangan ke China sedang kami dekati maskapainya. Royal Brunei juga tengah dijajaki," ujarnya.
Dia berharap agar penerbangan ke China bisa dilayani secara carter oleh Citilink sedangkan penerbangan ke Brunei Darussalam bisa dilayani rutin maskapai Royal Brunei.
Selain itu, dia juga mengharapkan agar maskapai Jetstar asal Australia membuka kembali penerbangan Lombok-Australia yang dulu pernah dilayani maskapai itu. Sejauh ini, proses negosiasi dengan Jet Star dari Australia sudah memasuki tahap pembahasan marketing fund yang harus dibayarkan kepada pihak Jet Star seandainya penerbangan Australia-Lombok dibuka kembali.
Saat ini, beberapa maskapai memiliki penerbangan internasional seperti AirAsia melayani Kuala Lumpur-Lombok.
Arus pemumpang dari dan menuju LIA terus menunjukkan kenaikan selama beberapa tahun belakangan. Jumlah penumpang pada 2016 sebanyak 3,42 juta orang dengan trafik pesawat menapai 36.941 pergerakan per tahun. Padahal, pada 2015 jumlah penumpang pesawat baru 2,55 juta orang dengan total trafik pesawat sekitar 27.000 pergerakan per tahun.
Idealnya, Ardita juga mengungkapkan pihaknya membutuhkan investasi setidaknya Rp3,7 triliun guna menjadikan LIA sebagai bandara kelas dunia atau world class airport.
"Kalau mau ideal seperti pengembangan Bandara Ngurah Rai tentu membutuhkan investasi sedikitnya Rp3,7 triliun," tegasnya.
Sesuai kebutuhan, lanjutnya, PT Angkasa Pura I telah menganggarkan Rp205 miliar selama 2016-2017 untuk pengembangan LIA.
Beberapa pekerjaan fisik dalam program pengembangan LIA antara lain pembangunan dua parking stand baru untuk pesawat berbadan lebar jenis Airbus A330 atau Boeing 777.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Nusa Tenggara Barat Lalu Bayu Windia menyatakan pengembangan prasarana transportasi di Lombok dilakukan seiring dengan meningkatnya arus kunjungan wisatawan asing di provinsi itu.