Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah 80 MW Tuntas, Supreme Energy Rencanakan 140 MW di Fase II

PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) merencanakan produksi listrik 140 MW untuk fase II, setelah menyelesaikan produksi fase I sebanyak 80 MW yang dimulai tahun ini.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, PADANG—PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) merencanakan produksi listrik 140 MW untuk fase II, setelah menyelesaikan produksi fase I sebanyak 80 MW yang dimulai tahun ini.

Presiden Direktur Supreme Energy Muara Laboh Supramu Santosa mengatakan setelah selesai eksploitasi fase pertama yang ditargetkan tuntas pada 2019, perseroan akan melanjutkan pengeboran panas bumi atau geothermal tahap kedua di lokasi WKP perusahaan di Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat.

“Kami sudah rencanakan untuk fase II targetnya mencapai 140 MW, setelah selesai pengeboran tahap pertama nanti,” katanya, Kamis (6/4/2017).

Dia mengatakan saat ini perseroan fokus menyelesaikan target produksi listrik 80 MW yang akan disalurkan secara komersial kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) pada Agustus 2019.

Supramu mengungkapkan awalnya perseroan menargetkan energi listrik panas bumi mencapai 220 MW di sumur eksplorasi tahap pertama yang dimulai pada 2012 lalu. Namun, perkiraan meleset karena hanya 80 MW.

Menurutnya, risiko penurunan potensi energi biasa terjadi di sektor energi panas bumi. Secara umum di Indonesia, untuk tahap eksplorasi potensi kehilangan mencapai 50%, dan 20% di tahap eksploitasi.  

“Sekarang, dari 80 MW yang ditargetkan bisa kami salurkan ke PLN itu, masih ada potensi penurunannya sekitar 20%,” ujarnya.

Selama tahap eksplorasi, Supramu mengklaim perusahaannya telah menghabiskan US$150 juta atau mendekati Rp2 triliun.

Sedangkan untuk proses produksi, perusahaan yang dibentuk pada 2008 itu sudah mendapatkan pinjaman senilai US$440 juta dari enam konsorsium perbankan dengan tenor 15 tahun.

Konsorsium itu terdiri dari Japan Bank for International Cooperation, Asian Development Bank (ADB) dengan dana dari Leading Asia’s Private Infrastructure Fund.

Kemudian, inisiasi dilakukan ADB, Japan International Cooperation Agency (JICA) dan bank komersial Jepang, Mizuho Bank, Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation.

Ismoyo Argo, Senior Manager Business Relation SEML menyebutkan proses pengeboran dilakukan di area wilayah kerja panas bumi (WKP) seluas 140 Ha selama 30 bulan sejak Maret tahun ini.

“Proses pengeboran terhitung selama 30 bulan sejak Maret, sesuai rencana selambat-lambatnya di akhir 2019 itu kami sudah menyalurkan listrik ke PLN,” katanya.

Supreme Energy akan mengebor 13 sumur produksi untuk mengejar target menghasilkan energy 80 MW. Pengerjaan dilakukan dalam dua tahap, pertama pengeboran dimulai Mei untuk tujuh sumur, dan tahap dua pada Agustus untuk enam sumur.

Adapun, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyebutkan potensi energi panas bumi di daerahnya mencapai 1.656 MW melalui 17 titik geothermal yang tersebar di sejumlah kabupaten.

“Potensi geothermal di Sumbar sangat besar, tetapi baru beberapa titik saja yang digarap. Kami prioritaskan investasi di sektor energi terbarukan, selain pariwisata, agribisnis, dan pembangunan infrastruktur,” katanya.

Dia menyebutkan sejumlah negara sudah menyatakan minat untuk menggarap potensi energi terbarukan di daerah itu, seperti Rusia, Hongaria, Turki, Finlandia, dan Norwegia.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper