Bisnis.com, KARIMUN - Menteri ESDM Ignasius Jonan berencana meresmikan unit pemrosesan gas terapung untuk Lapangan Jangkrik pada siang ini, Selasa (21/3/2017).
Seperti diketahui, proyek Jangkrik merupakan pengembangan terintegrasi dua lapangan gas di lepas pantau cekungan Kutai dengan kedalaman air mencapai 400 meter.
Operator dari proyek ini adalah Eni Muara Bakau B.V. (55%) bekerja sama dengan ENGIE (33.3%) dan PT Saka Energi Muara Bakau (11.7%).
Eni resmi menjadi operator Blok Muara Bakau pada tahun 2002. Blok Muara Bakau terletak di lepas pantai cekungan Kutei sekitar 70km dari garis pantai Kalimantan Timur. Penemuan cadangan gas pertama terjadi pada tahun 2009 di Sumur Jangkrik-1.
Berjarak sekitar 20 km dari Lapangan Jangkrik pada blok yang sama terdapat sumur Jangkrik North East yang ditemukan pada tahun 2011 dan kemudian diintegrasikan dalam satu rencana pengembangan lapangan (POD).
Pemerintah Indonesia menyetujui POD Lapangan Jangkrik pada tahun 2011 dan Lapangan Jangkrik North East pada tahun 2013. Persetujuan Lapangan Jangkrik North East melingkupi penggabungan pengembangan Lapangan Jangkrik yang dinamakan “Jangkrik Complex Project” (Proyek Jangkrik).
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan beroperasinya pengolahan gas terapung akan mempercepat produksi Lapangan Jangkrik. Dengan produksi 450 juta meter kaki kubik per hari, menambah pasokan gas nasional hingga 7%.
Menurutnya, proyek ini hemat US$300 juta dari US$4,5 miliar jadi US$4,2 miliar. "Lebih cepat 12 bulan selesai. Ada percepatan perizinan dari pemerintah setempat," tuturnya.
Menurut laporan, ukuran Floating Storage Unit (FSU) merupakan terbesar yang dibangun di indonesia sekaligus terbesar saat ini.
Jonan mengatakan Pemerintah mendorong efesiensi besar-besaran dari produksi di hulu migas. "Tidak dapat satupun pihak yang bisa menentukan harga minyak dan gas, sehingga efisiensi sangat baik."
Kapal unit produksi terapung (floating production unit/FPU) dirancang untuk pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd).
Sebanyak 10 sumur produksi gas bawah laut yang telah dikompresi dan siap untuk diproduksikan, akan dihubungkan dengan FPU yang kemudian akan mengolah dan menyalurkan gas menggunakan pipa bawah laut sepanjang 79 km. Selanjutnya ke darat yaitu ke dalam jaringan produsen gas Kalimantan Timur hingga pada akhirnya kepada pemakai dalam negeri di Kalimantan Timur dan kilang LNG Bontang.
Jonan mengatakan jika produksi gas makin besar, maka akan dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Kebutuhan cukup besar terkait dengan megaproyek 350 MW.
Selain dihadiri Menteri ESDM Ignasius Jonan, ada hal yang cukup unik dalam acara ini yakni upacara penamaan kapal oleh Istrinya Ratnawati Setiadi.
Dalam rundown acara peresmian dan prosesi pecah kendi dilakukan oleh Ratnawati. Ini merupakan kesempatan langka baginya.
"Ini kali pertama buat saya meresmikan kapal. Sudah saya siapin, kendinya juga," tutur Ratnawati sambil tersenyum.
Fasilitas pengolahan terapung Jangkrik merupakan fasilitas minyak dan gas berbentuk kapal. Sebelum kapal FPU Jangkrik berlayar ke tempat operasinya di Selat Makassar, sesuai tradisi kemaritiman, dilakukan upacara penamaan kapal.
Upacara penamaan kapal oleh perempuan merupakan tradisi kemaritiman sejak akhir abad 18.
Rencananya, unit pengolahan ini akan menghasilkan gas untuk memenuhi kebutuhan pabrik PT Pupuk Kaltim di Bontang.
FSU hanya akan mengolah sumur dengan untuk memisahkan kotoran dan airi hingga menjadi gas.
Untuk menjadi gas alam cair (LNG) maka masih diperlukan satu proses pengolahan di darat.
Dirjen Minyak dan Gas Bumi IGN Wiratmaja sesaat sebelum kapal mendarat menuturkan, unit pengolahan terapung akan dibawa ke Selat Makassar pada pekan ini, Kamis, 23 Maret 2017.
Teknisnya FSU akan ditarik dengan dua buah kapal tunda dibagian depan dan belakang. "
Diperlukan waktu satu hingga dua minggu untuk sampai di Lapangan Jangkrik. Lalu dipasang."
Rencananya unit pengolahan ini akan menghasilkan gas untuk memenuhi kebutuhan pabrilk PT Pupuk Kaltim di Bontang.
FSU hanya akan mengolah sumur dengan untuk memisahkan kotoran dan airi hingga menjadi gas.
Untuk menjadi gas alam cair (LNG) maka masih diperlukan satu proses pengolahan di darat.
Proyek Jangkrik memiliki karakter dari teknologi-teknologi yang digunakan. Ini menjadi istimewa karena bisa mempercepat proses produksi dan memperpanjang umur pompa.
- ITM: Modul atas terintegrasi tunggal telah dibangun dan merupakan proses integrasi bagian atas terbesar di dunia dari unit terapung (berukuran P=124.2m x L=42.0m x T=22.8m dan proses Load-Out dengan berat mencapai 14,300 ton). Konsep ini mengambil manfaat dari integrasi dan penyelesaian tingkat tinggi khas dari konstruksi modul tunggal, namun kali ini diterapkan pada proses penanaman yang utuh/penuh. Produksi gas pertama dijadwalkan lebih cepat 3 bulan dari jadwal awal dengan menggunakan konsep modul terintergrasi.
- Smooth Bore Risers (SBR) untuk ekspor gas kering– penerapan pertama dari Eni di seluruh dunia. Penerapan ini bisa mengurangi fenomena the Flow Induced Pulsation (FLIP) (yang disebabkan profil internal yang tidak rata dari conventional flexible risers) yang akan menyebabkan pengurangan umur pipa (fasility processing unit) FPU secara dramatis.
- MEG Regeneration Unit (MRU) adalah sebuah subsistem yang dapat memperbaharui the MEG injected dalam arus produksi untuk mencegah resiko pembentukan hidrat. MRU mengadopsi teknologi terkini dan tercanggih dengan hak kepemilikan teknologi dimiliki oleh Eni dan untuk pertama kalinya diterapkan di Proyek lepas pantai ini.
- Teknologi komplesi trip tunggal multi-zona: lebih jauh tentang komplesi cerdas, komplesi trip tunggal multi-zona juga digunakan di empat sumur Jangkrik (penerapan pertama dari operasi laut dalam Eni di seluruh dunia). Sebuah teknologi yang digunakan untuk melakukan pengendalian pasir (Gravel Pack atau Frac-Pack) di lebih dari tiga zona dalam satu proses komplesi yang lebih rendah dan dapat menghemat waktu pemakaian dan biaya rig.
Jonan hadir di Karimun didampingi istrinya Ratnawati. Selain Gubernur Kepri, hadir dalam rombongan ini Kepala SKK Migas Amin Sunaryadi, Dirjen Migas dan sejumlah pejabat di kementerian ESDM.
Menurut Jonan proyek pengolahan terapung ini menelan investasi US$4,5 miliar dan sepenuhnya dibuat di rakit didalam negeri.
"Bila bisa di Proyek Jangkrik, mestinya bisa diterapkan di lapangan lain. Ini bisa dibilang investasi gas terbesar saat ini," tutur Jonan, kepada Bisnis.
Unit pemrosesan terapung ini memiliki dimensi desainnya 200m x 46m x 40m (depth), dengan total estimasi berat adalah 48.000 ton
Dengan menggunakan dimensi lapangan sepakbola 120m x 65m dan berat rata-rata bus Trans-Jakarta 14 Tons, maka konstruksi unit pengolahan terapung tersebut setara dengan 3.430 bus mengambang di laut.