Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PHE Targetkan Laba Bersih US$151 Juta

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang mengelola 57 wilayah kerja menargetkan perolehan laba bersih di 2017 sebesar US$151 juta.

Bisnis.com, JAKARTA—PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang mengelola 57 wilayah kerja menargetkan perolehan laba bersih di 2017 sebesar US$151 juta.

Presiden Direktur PT PHE, Gunung Sardjono Hadi mengatakan target laba bersih tahun ini turun dari capaian pada 2016 yakni US$191 juta. Menurutnya, laba bersih ditarget turun karena terdapat biaya yang harus dibayarkan pada 2017.

Sementara, khusus pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (earning before interest, tax, depreciation and amortization/EBITDA) dan pendapatan ditarget naik. Untuk EBITDA, di tahun 2017 ditargetkan bisa mencapai US$895 juta dari posisi pada 2016 US$875,8 juta dan pendapatan ditarget naik menjadi US$1,7 miliar dari semula 1,5 miliar di 2016.

“Laba bersih turun ke US$151 juta karena ada beberapa cost yang kami bayarkan di 2017,” ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (15/3/2017).

Dari sisi produksi, pada 2017 ditargetkan bisa mencapai 64.000 barel per hari (bph) minyak dari realisasi produksi di 2016 sebesar 63.000 bph. Sementara, untuk gas ditargetkan produksi bisa menyentuh 769 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd) atau lebih tinggi dari capaian 2016 sebesar 722 MMscfd.

Dari kegiatan pengeboran, dia menyebut pihaknya fokus pada kegiatan di wilayah kerja yang telah mendapat kepastian perpanjangan kontraknya. Selain itu, harga minyak yang rendah pun mendorong perusahaan untuk melakukan efisiensi dan hanya bertumpu pada kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap produksi.

Terdapat enam kegiatan pengeboran yang terealisasi pada 2016 dari target semula 38, sehingga pada 2017 ditetapkan target rendah yakni 16 kegiatan. Untuk kegiatan kerja ulang (work over), pada 2016 terealisasi 37 sumur dari target 53 sumur dan target pada 2017 ditetapkan sebanyak 57 sumur.

Untuk kegiatan survey seismic 2D, dari target 3.245 kilometer, tak ada yang terealisasi di 2016 sehingga target di 2017 ditetapkan seluas 5.000 km. Pada kegiatan survey seismic 3D, dari target 513 kilometer persegi (km2), hanya tercapai 146 km2 dan target 2017 naik menjadi 1.405 km2. Kendati harga minyak belum pulih, perusahaan menargetkan tambahan cadangan berada di angka 96,51 MMboe atau lebih tinggi dari capaian pada 2016 yakni 42,87 MMboe.

Penurunan jumlah kegiatan, menurutnya, pun dilakukan dengan pertimbangan beberapa wilayah kerja yang akan habis masa kontraknya dan beralih menggunakan kontrak bagi hasil kotor atau gross split. Seperti diketahui, hingga saat ini biaya yang tak bisa terdepresiasi (undepreciated cost) pada bagi hasil Blok Offshore North West Java yang telah ditandatangani belum mengakomodasi perhitungan undepreciated cost.

Padahal, dalam Peraturan Menteri No.8/2017, undepreciated cost pada wilayah kerja yang sebelumnya menggunakan kontrak cost recovery, bisa dikonversi menjadi split kontraktor ketika beralih menjadi kontrak gross split.

“Jadi untuk beberapa blok yang mau habis, kami tidak lakukan kegiatan besar karena terkait depresiasi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper