Bisnis.com, PADANG—Guna mengejar target produksi listrik 80 MW pada 2019 untuk dipasok ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Supreme Energy Muara Laboh akan melakukan pengeboran 13 sumur tahun ini.
Field Relation Senior Manager Supreme Energy Muara Laboh Yulnofrins Napilus mengatakan pengerjaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) atau geothermal di Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat kembali dilanjutkan.
Dia mengatakan perseroan menargetkan produksi listrik mencapai 80 MW dari potensi yang ada di kawasan itu sekitar 220 MW.
“Pengerjaannya kembali dilanjutkan, dengan pengeboran 13 sumur. Target kami 2019 sudah dialirkan secara komersil ke PLN,” ujarnya, Minggu (12/3/2017).
Menurutnya, untuk menghasilkan energi listrik sebanyak itu, perseroan kembali melakukan pengeboran 13 sumur produksi, dari sebelumnya hanya enam sumur eksplorasi untuk memetakan potensi.
Pengeboran 13 sumur itu dilakukan menggunakan alat (Rig) pengeboran sebanyak dua unit. Rig pertama dimulai dengan mobilisasi peralatan dan dimulai pengeboran pada Mei 2017 untuk tujuh sumur yang diperkirakan akan bekerja selama 16 bulan.
Menyusul kemudian mengeboran enam sumur melalui Rig kedua yang prosesnya dimulai pada Mei, sehingga Juli atau Agustus tahun ini sudah bisa dilakukan pengeboran.
Yulnofrins menyebutkan pengerjaan pengeboran 13 sumur ini akan membutuhkan raturan tenaga kerja baru, karena banyaknya paket pekerjaan yang dibutuhkan.
“Kebutuhan tenaga kerja ratusan. Tetapi tidak dalam waktu bersamaan, tergantung bidang kerja dan lingkup kerja kontraktornya. Kami akan prioritaskan tenaga kerja lokal,” ujarnya.
Sebelumnya, PT SEML anak usaha Supreme Energy sudah melakukan eksplorasi pertama di Solok Selatan pada September 2012 dengan pengeboran sumur ML-A1, dan bertahap lima sumur lainnya untuk membuktikan potensi geothermal di daerah itu.
Sepanjang 2014, perseroan memfokuskan pembangunan akomodasi dan kebutuhan lainnya, serta pelaporan studi kelaikan dari enam sumur tersebut ke pemerintah.
Baru pada akhir 2015, PT SEML menyelesaikan proses tender engineering, procurement, and construction (EPC), sehingga pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Solok Selatan bisa dimulai pada 2016 dan diperkirakan memproduksi listrik pada 2019.